
Pada siang hari itu, rasanya aku tidak mampu lagi melanjutkan langkah kaki untuk menghadapi panasnya kota Madiun. Seperti terasa kakiku telah berjalan cukup jauh, mulai dari matahari yang masih malu-malu menunjukkan sinarnya hingga siang hari ketika matahari tersenyum lebar-lebar. Beberapa kali aku harus berhenti sejenak dan beristirahat untuk mengumpulkan kembali energi yang sudah benar-benar habis. Bukan tanpa alasan aku berjalan sejauh ini bersama teman-teman, karena pada hari itu kami memang berniat untuk menjelajahi lebih dalam wilayah Kota Madiun sambil mengambil foto beberapa bangunan tua yang tersebar di berbagai tempat di kota ini.
saat yang lain melanjutkan perjalanan, aku tidak mampu lagi dan memutuskan untuk beristirahat di pendopo alun-alun Madiun. Aku tidak tahu ke mana mereka akan melanjutkan perjalanan, tetapi memang sejak pagi kita belum sempat makan apa pun, kemungkinan mereka sedang mencari warung makan untuk mengisi tenaga. Setelah rasa lelah mulai menghilang, aku mulai berjalan perlahan, tak tahu ke mana kaki ini akan membawaku. Namun, sebuah pesan singkat dari salah satu temanku menunjukkan tempat mereka sekarang berkumpul. Ternyata mereka sedang beristirahat di salah satu warung bakso terkenal di kota ini.
Awalnya aku merasa biasa saja saat memasuki tempat itu, mungkin karena terlalu panas dan tubuhku terlalu lelah untuk menyadari sesuatu yang menurutku cukup istimewa. Setelah semangkuk bakso urat dan es jeruk tersaji di depanku, tampaknya energiku mulai pulih kembali dan aku sempat melihat sekeliling warung ini. Ternyata, warung ini berada di dalam sebuah rumah tua dengan nuansa Tionghoa.
Rumah yang sangat luas dan cukup terawat, kayu-kayu penyangga atap masih asli dan utuh, beberapa ukiran huruf Tionghoa tersebar di sekitar bangunan. Memang di kawasan ini dikenal sebagai kawasan Tionghoa Kota Madiun, karena banyak sekali rumah dan bangunan bergaya Tionghoa yang berdiri dan masih terjaga keadaannya. Bahkan terdapat rumah letnan Tionghoa yang masih terawat hingga saat ini dan telah berubah fungsi menjadi kafe.
Setelah kesadarkanku kembali, aku memutuskan untuk berkeliling sebentar sambil menangkap berbagai sudut bangunan tersebut. Tidak ada banyak informasi mengenai rumah itu, tetapi dapat dipastikan bahwa pemiliknya dulu adalah seseorang yang memiliki pengaruh di wilayah ini. Namun, aku menyadari bahwa desain rumah ini mirip dengan yang pernah aku lihat dalam film-film vampir Tiongkok tempo dulu, heheheheh.
jika kalian penasaran dengan rumah tersebut, kalian dapat berkunjung sambil menikmati lezatnya semangkuk bakso atau mie ayam di Warung Bakso Solo Mujiarto yang berada di Jalan H Agus Salim, dekat Alun-Alun Madiun, sebelah Hotel Mercure atau di seberang SMP 2 Madiun.
oh iya terima kasih juga kepada teman kami kak delima yang telah mengajak kami semua makan setelah memaksa kami berjalan lebih dari 16000 langkah atau sekitar 10 km untuk berkeliling kota Madiun dan melihat berbagai bangunan kolonial yang masih tersisa. semoga kita semua dapat kembali berkunjung ke kota ini.
Comments
Post a Comment