
KonekFood - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset terkait tradisi kuliner sebagai potensi wisata Gastronomi berkelanjutan di Sulawesi Selatan.
Gastronomi adalah ilmu yang mempelajari makanan dan minuman secara luas, termasuk seni memasak, budaya, sejarah, dan filosofi di baliknya.
Riset dilakukan di 4 wilayah di Sulawesi Selatan yang mewakili etnis Makassar dan Bugis.
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Gowa, Takalar, Pangkep, dan Kota Parepare.
Riset ini akan dilakukan selama sebulan, sejak 16 Juni 2025 hingga 15 Juli 2025.
Kuliner yang jadi objek riset misalnya Tradisi Peca' Sura di Pangkep dan lainnya
Adapun tim riset terdiri dari Baso Marannu SPd MM (PRKKP), Dr Abu Muslim SHI MHI (PRKKP), Dr Syamsurijal SAg MSi (PRKKP), Muhammad Irfan Syuhudi SSos MSi (PRKKP), Dr Muh Subair SS MPI (PRKKP), dan Prof Dr Muhammad Saleh Tajuddin MA PhD (Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar).
Adapun ketua tim periset yaitu Rismawidiawati MSi.
Preferensi wisata saat ini seringkali dikaitkan dengan suatu daya tarik objek alam yang memikat.
Padahal, sesungguhnya, paradigma wisata juga melibatkan kearifan lokal, terutama ketersediaan kuliner yang ramah pengunjung.
Hal inilah yang mendasari tim ini melakukan riset untuk memberikan gambaran jika kuliner tradisional bisa menjadi potensi wisata.
Dalam berbagai kebudayaan di Indonesia, beragam kuliner khas lokal bukan hanya digunakan sebagai pemanis untuk menampilkan khazanah kekayaan kebudayaan semata.
Lebih dari itu, kuliner juga termasuk bagian penting untuk memenuhi dahaga pengetahuan dan kebutuhan spiritual manusia.
Indonesia mempunyai banyak kuliner khas lokal, yang namanya sudah dikenal luas oleh masyarakat luas, seperti papeda dari Papua, ayam taliwang dari Lombok, rawon dari Jawa, rendang dari Sumatera, ayam betutu dari Bali, dan coto dari Makassar.
Namun, sayangnya, popularitas kuliner-kuliner tersebut masih terbatas pada dimensi fisik dan aspek pengalaman kelezatannya.
Padahal, posisi setiap kuliner tersebut tidak hanya berkaitan dengan kemasan dan cita rasanya, melainkan juga keberlanjutan aspek-aspek histori dan proses pembuatannya.
Mulai penyediaan bahan, proses pembuatan, hingga presentasi dan tujuan penyajiannya.
Menariknya, dalam konteks tradisi, ritual adat dan kepercayaan, kehadiran kuliner tradisional menjadi sangat dibutuhkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari suatu tradisi atau ritual.
Riset ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai tradisi lisan kuliner tradisional melalui riset yang menggunakan metode kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara mendalam, dokumentasi visual, dan studi pustaka yang relevan.
Rismawidiawati menyebutkan, informan penelitian ini meliputi akademisi yang menggeluti kajian kebudayaan, praktisi kuliner lokal, tokoh adat, tokoh agama, praktisi kuliner lokal, dan anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman terkait pembuatan, sejarah serta penggunaan kuliner tradisional.
"Penelitian ini diharapkan dapat memetakan berbagai tradisi lisan kuliner dan juga memberikan kontribusi untuk pengembangan pariwisata gastronomi di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan," katanya.
Adapun konsep wisata gastronomi dalam kajian ini adalah gaya berwisata yang berfokus pada perjalanan dengan nuansa kuliner sebagai tujuan utama.
Secara nasional, pemerintah menjadikan wisata gastronomi sebagai salah satu potensi yang perlu dimajukan.
Karena itu pemerintah mengetengahkan strategi pengembangan potensi daerah berbasis kuliner dari berbagai aspeknya.
Potensi menu makan dan minum yang beragam pada setiap daerah dengan ciri khasnya masing-masing membutuhkan sentuhan untuk dieksploitasi keunikannya dari berbagai aspek.
Dalam konteks penelitian ini, keunikan yang akan digali adalah berkaitan dengan narasi tradisi lisan kuliner yang berkembang di masyarakat.
Di mana kajian kearifan lokal kuliner secara otomatis akan menjelaskan halal atau tidaknya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh wisatawan selama masa berwisata.
Penelitian ini diharapkan menghasilkan output pengembangan kuliner tradisional yang bisa dioptimalkan sebagai daya tarik wisata gastrinomi.
Pengembangan produksi kuliner tradisional juga dapat diorientasikan untuk mengembangkan usaha kecil menengah atau pelaku ekonomi kreatif.
(*)
Comments
Post a Comment