Sego Pecel Bu Wiryo di Sleman Yogyakarta, kuliner nasi pecel legendaris dan buka sejak 1959, warungnya selalu ramai
KonekFood - Enaknya Sego Pecel Bu Wiryo di Sleman Yogyakarta, kuliner nasi pecel legendaris.
Di Yogyakarta, terdapat sebuah warung makan legendaris yang tak asing di kalangan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), yaitu Sego Pecel Bu Wiryo 1959.
Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1959 dan kini telah berusia 64 tahun, tetap eksis melayani pelanggan lintas generasi.
SGPC Bu Wiryo selalu ramai dipadati pengunjung yang datang untuk menikmati sepiring nasi pecel khas racikan Bu Wiryo.
Suasana warung yang sederhana dengan meja dan kursi kayu memberikan kesan klasik dan hangat bagi pengunjung.
Selain nasi pecel, tersedia pula aneka jajanan tradisional yang menambah lengkap pengalaman kuliner di tempat ini.
Seperti apa enaknya sego pecel di Sego Pecel Bu Wiryo di Sleman Yogyakarta ini?
SGPC Bu Wiryo terletak di Jl. Agro No. 10, Kocoran, Caturtunggal, Yogyakarta, menjadi salah satu kuliner legendaris yang telah hadir sejak 1959.
Buka setiap hari mulai pukul 06.30 hingga 20.00 WIB, tempat makan ini dikenal luas dengan hidangan khasnya: nasi pecel dan sop.
SGPC sendiri merupakan singkatan dari Sego Pecel, menu utama yang sejak dulu menjadi favorit para pelanggan.
Warung ini pertama kali dirintis oleh Bu Wiryo, yang memulai usahanya dengan cara berjualan keliling menggunakan gendongan.
Kini, usaha tersebut diteruskan oleh generasi kedua, Kelik Indarto, dan rasanya tidak pernah berubah.

Salah satu daya tarik SGPC Bu Wiryo adalah konsistensi rasa dan resep yang tak berubah sejak pertama kali berdiri.
Menu sop dan pecelnya tetap mempertahankan komposisi sayuran asli, seperti kubis, kentang, wortel, dan soun untuk sop; serta kacang panjang, kecambah, dan bayam untuk pecel. Semua makanan disiapkan segar setiap hari.
Menariknya, pembeli dapat memesan makanan dengan nama-nama unik sesuai permintaan variasi menu.
Nama-nama menu di warung ini justru lahir dari kreativitas para pelanggan yang menciptakan istilah-istilah khas untuk menyebut kombinasi makanan.
Misalnya, "SDSB" merupakan singkatan dari Sop Daging Sayur Bayem, sementara "Sop Tanpa Kawat" berarti sop tanpa tambahan soun.
Ada juga "Sop Bubrah", yaitu sop yang ditambah kacang pecel, dan "Pecel Kramas", di mana pecel disiram kuah sop.
Menu lain yang tak kalah menarik adalah "Pecel Pancasila", berupa pecel dengan lima butir telur puyuh, serta "SBY" yang merujuk pada sop bayam.
Hal serupa juga berlaku untuk menu minuman, seperti "Teh Mrengut" untuk teh kental, "Teh Kemul" untuk teh hangat, "Sengkuni" untuk teh jeruk, dan "Tirto Seto" untuk air putih.
Penamaan-penamaan ini tidak hanya mempermudah pesanan, tapi juga menjadi ciri khas yang membedakan SGPC Bu Wiryo dari tempat makan lainnya.

Soal harga, SGPC Bu Wiryo termasuk sangat ramah di kantong, pelanggan bisa menikmati berbagai menu mulai dari Rp 4.000 hingga Rp 27.000 saja.
Meski kini warung makan modern dan makanan cepat saji bermunculan, terutama sejak tahun 1997, SGPC Bu Wiryo tetap bertahan dan menjadi favorit.
Terutama bagi alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) yang memiliki kenangan tersendiri dengan warung ini. Dalam sehari, SGPC Bu Wiryo bisa menjual hingga 200–300 porsi.
Tak jarang, tokoh-tokoh penting dan menteri yang merupakan alumni UGM juga menyempatkan diri mampir.
Warung ini bukan sekadar tempat makan, melainkan juga bagian dari sejarah dan nostalgia banyak orang di Kota Yogyakarta.
(KonekFood/Talitha)
Comments
Post a Comment