KonekFoodPegunungan Dieng di Jawa Tengah tidak hanya dikenal karena pemandangan alamnya yang menarik seperti Telaga Warna, Kawah Sikidang, dan kompleks candi Hindu kuno.
Di balik keindahan kabut dan suhu yang bisa mencapai angka di bawah 10 derajat Celsius, kawasan ini juga menyimpan keragaman kuliner tradisional yang menarik perhatian.
Banyak pengunjung yang datang ke Dieng tidak hanya untuk mengejar embun es dan menikmati matahari terbit dari Bukit Sikunir, tetapi juga untuk mencoba makanan khas yang bisa memberikan rasa hangat di tengah cuaca dingin.
Terdapat lima hidangan khas yang patut dicoba saat mengunjungi Dieng, terutama pada musim kemarau ketika suhu menjadi paling dingin.
1. Yang paling terkenal adalah Mie Ongklok

Mie rebus khas Wonosobo yang juga terkenal di wilayah Dieng, disajikan dengan kuah kaya rasa yang terdiri dari campuran kaldu, ebi, kol, dan daun kucai, serta dimasak dengan cara ‘di-ongklok’ atau direndam dalam air panas menggunakan anyaman bambu.
Rasa asin dan hangatnya kaldu mi ini sangat pas disantap saat cuaca dingin.
Biasanya, Mie Ongklok disajikan bersama sate sapi dengan bumbu kacang dan tempe kemul sebagai pelengkap, kombinasi ini membuat satu porsi makanan hangat yang lengkap dan memuaskan.
2. Carica

Buah khas Daerah Dieng yang hanya dapat berkembang di dataran tinggi dengan kondisi suhu rendah.
Bentuknya mirip dengan pepaya, tetapi memiliki tekstur yang lebih kenyal dan rasa yang khas.
Buah ini umumnya diolah menjadi permen dalam sirup yang manis dan disajikan dalam botol atau cangkir.
Carica sangat cocok disantap setelah makanan berat atau sebagai oleh-oleh khas dari Dieng.
Kesan segar dari rasa asam dan manis memberikan pengalaman yang menyenangkan sesuai untuk menyeimbangkan suhu dingin dan rasa gurih dari hidangan sebelumnya.
3. Kentang Dieng

Tinggi dataran ini memang termasuk salah satu daerah penghasil kentang terbesar di Indonesia.
Kentang yang tumbuh di Daerah Dieng memiliki tekstur yang lebih padat dan rasa yang lebih gurih dibandingkan kentang dari dataran rendah.
Biasanya kentang ini digoreng, direbus, atau digunakan sebagai bahan utama dalam hidangan seperti perkedel dan sup hangat. Karena iklim yang sejuk, kentang Dieng lebih tahan lama dan lebih alami, tanpa memerlukan bahan pengawet.
4. Purwaceng

Minuman herbal tradisional yang sangat terkait dengan budaya masyarakat Dieng.
Berasal dari akar tanaman purwaceng yang hanya bisa tumbuh di kawasan tertentu, minuman ini diyakini mampu meningkatkan energi dan menghangatkan tubuh secara alami.
Purwaceng umumnya diseduh seperti minuman teh, disajikan dalam keadaan hangat, dan sering dicampur dengan jahe atau madu.
Manfaatnya tidak hanya membuat tubuh menjadi hangat, tetapi juga diyakini membantu menjaga kesehatan terutama saat berada di lingkungan yang dingin di pegunungan.
5. Tempe Kemul

Terakhir, terdapat Tempe Kemul, camilan khas Wonosobo yang juga sering dijual di sekitar area Dieng.
Tempe ini dibungkus dengan adonan tepung yang bumbu kunyit dan daun kucai, lalu digoreng hingga renyah, disajikan dalam keadaan hangat. Tempe Kemul cocok sebagai camilan sore hari atau pelengkap makan Mie Ongklok.
Rasanya nikmat, tekstur renyah di luar tetapi lembut di dalam, menjadikan camilan ini menjadi pilihan favorit banyak pengunjung.
Lima makanan khas ini tidak hanya menyajikan rasa yang istimewa, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya setempat yang telah diturunkan dari generasi ke generasi.
Di tengah cuaca dingin yang luar biasa di Dieng, hidangan-hidangan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai makanan untuk mengisi perut, tetapi juga sebagai bentuk penyesuaian masyarakat terhadap lingkungan, sekaligus ucapan selamat datang yang hangat bagi siapa saja yang berkunjung.
Maka, bila Anda mengunjungi Dieng, jangan lewatkan kesempatan untuk mencoba lima hidangan khas berikut.
Karena kehangatan yang terbaik, tidak selalu berasal dari selimut, tetapi juga dari sebuah piring makanan hangat yang penuh makna.
Dieng ada di mana?
Pegunungan Dieng secara administratif terletak di Kecamatan Batur dan sebagian Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, serta bagian selatan Desa Pranten, Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Pusat kawasan wisata terletak di wilayah Desa Dieng Kulon (di Banjarnegara) dan Desa Dieng ("Dieng Wetan" di Wonosobo).
Ketinggian dataran berada di kisaran 1600 hingga 2100 meter di atas permukaan laut, dengan aliran permukaan yang mengarah ke barat daya menuju lembah Sungai Serayu.
Suhu udara berkisar antara 12–20 °C pada siang hari dan 6–10 °C saat malam hari.
Meskipun di musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara bisa mencapai 0 °C pada pagi hari, iklim di dataran tinggi Dieng termasuk iklim subtropis dan menghasilkan embun beku yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai bun upas ("embun racun") karena merusak tanaman pertanian.
(MG/Anggitya Trilaksono)
Comments
Post a Comment