Skip to main content

Iklan Makanan Olahan Ancam Generasi Obesitas

KonekFood, Jakarta - IklanMakanan dan minuman olahan kini banyak muncul di media sosial, terlihat di sepanjang jalan, serta tampil di layar kaca. Promosi yang masif terhadap produk-produk pangan olahan akhirnya membuat masyarakat merasa aman dalam mengonsumsinya. Di balik rasanya yang enak, praktis, dan mudah diperoleh, makanan dan minuman olahan serta siap saji menyimpan ancaman nyata bagi kesehatan di masa depan.

Ahli Gizi UNICEF Indonesia David Colozza menyatakan, cakupaniklan makanandan minuman tidak sehat semakin meningkat, khususnya melalui saluran digital dan media konvensional. "Anak-anak Indonesia kemungkinan besar terpapar promosi makanan tidak sehat dalam jumlah besar secara online," ujar David dalam acara penyebarkan hasil penelitian 'Pemasaran Makanan yang Tidak Sehat' pada Kamis, 10 Juli 2025.

Untuk menunjukkan dampak iklan makanan dan minuman terhadap kesehatan masyarakat, UNICEF bekerja sama dengan U-Report dan FixMyFood. U-Report adalah saluran komunikasi UNICEF Indonesia yang digunakan oleh pemuda untuk berkomunikasi, sementara FixMyFood merupakan inisiatif yang bertujuan mengembangkan lingkungan makanan yang lebih baik, khususnya di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.

Berikut survei U-Report mengenai pemasaran makanan tidak sehat pada bulan Juli-Agustus 2024 terhadap 7.853 peserta yang terdiri dari 69 persen perempuan. Data menunjukkan bahwa tiga perempat responden sering melihat iklan minuman manis, makanan cepat saji, dan camilan kemasan. Mayoritas menemukan iklan tersebut di media sosial (74 persen), iklan online (58 persen), dan iklan televisi (54 persen).

Sebanyak 60% responden melihat iklan makanan tidak sehat yang menampilkan atlet, selebritas, influencer, atau tokoh kartun. Dari para peserta survei yang melihat iklan tersebut, 54% di antaranya sesekali tergoda untuk membeli produk yang ditawarkan, 9% sering membeli, dan 3% selalu membeli.

Lalu bagaimana dengan kandungan gizi dari produk yang dipromosikan?

David mengatakan, sebagian besar produk tersebut melampaui batas nilai gizi Model Profil Gizi (NPM) terkait lemak, gula, natrium, dan kalori. "Ini berarti produk-produk tersebut tidak pantas dipasarkan kepada anak-anak," ujarnya. Karena konsumsi berlebihan zat-zat tersebut dapat memicu kegemukan hingga obesitas, serta masalah kesehatan lainnya.

Tim Peneliti Utama Fix My Food Indonesia Shafa Syahrani menyampaikan, di kawasan Asia Timur dan Pasifik, jumlah anak yang mengalami obesitas terus meningkat dalam dua puluh tahun terakhir. "Situasi ini terjadi karena makanan tidak sehat mudah ditemui, harganya terjangkau, gampang diakses, serta dipromosikan secara luas," ujarnya.

Tidak hanya itu, anak-anak juga mengalami keterbatasan dalam menjalani aktivitas fisik akibat kurangnya ruang dan waktu yang memadai. Saat ini, makanan cepat saji dan minuman manis lebih mudah ditemukan serta lebih murah dibandingkan buah dan sayuran. Akibatnya, meskipun panduan makan sehat sudah tersedia, anak-anak tetap kesulitan dalam memilih makanan yang tepat.

Hasil penelitian FixMyFood yang mengumpulkan 223 respons dari 46 remaja berusia 14-24 tahun mengenai lingkungan makanan mereka menunjukkan bahwa sebanyak 43 persen anak muda menggunakan penampilan, aroma, dan penyajian sebagai acuan dalam memilih makanan. "Temuan ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh visual dan sensorik dalam memengaruhi keputusan mereka di tengah lingkungan pangan yang menyediakan banyak makanan olahan tinggi gula, garam, dan lemak," ujar Shafa.

Sebanyak 13 persen respons menyebutkan bahwa pilihan makanan mereka dipengaruhi oleh apa yang tersedia di sekitar mereka atau yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, lokasi dan waktu dekat tidak hanya menjadi preferensi, tetapi juga turut memengaruhi pola konsumsi mereka.

Bagi para pemuda, harga lebih menjadi pertimbangan utama dibandingkan kandungan nutrisi. Hal ini terlihat dari respons 27 persen pemuda yang lebih memilih makanan yang murah dan mengenyangkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan ekonomi sering kali membuat pola makan cenderung tinggi kalori tetapi rendah gizi, khususnya di kalangan pelajar.

Konsumsi berlebihan di kalangan pemuda bukanlah kebetulan. Sebanyak 11 persen responden mengakui bahwa mereka makan lebih dari yang direncanakan akibat pengaruh promosi porsi besar dan iklan makanan.

Dan menariknya, sebagian besar pemuda menyadari bahwa iklan berperan penting dalam memengaruhi pilihan makanan mereka, meskipun masih ada sejumlah kecil yang meragukan atau tidak yakin. Hal ini terlihat dari 90,9 persen responden yang setuju bahwa iklan memiliki dampak signifikan terhadap keputusan pemuda dalam memilih makanan yang akan dibeli.

Nutrition Specialist UNICEFKantor Regional Asia Timur dan Pasifik (EAPRO) Alison Feeley menyatakan, perubahan lingkungan pangan memengaruhi perubahan pola perilaku dan asupan makanan. "Konsumsi minuman manis atau berisi gula yang tinggi, konsumsi makanan cepat saji atau camilan dalam kemasan yang besar, rendahnya konsumsi buah dan sayuran, serta kurangnya aktivitas fisik," ujarnya.

Alison menjelaskan, makanan ultra-olahan merupakan produk yang dirancang secara industri dan sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang diubah secara kimia yang diambil dari makanan, ditambah dengan bahan tambahan dan pengawet untuk meningkatkan rasa, tekstur, penampilan, serta daya tahan produknya. Makanan dan minuman yang diproduksi secara komersial mencakup camilan manis dan asin, makanan panggang olahan, permen, sereal sarapan, produk daging olahan, makanan pendamping, serta minuman manis.

"Dampak dari pemasaran makanan ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap pola makan anak-anak di masa depan," ujarnya. Secara global, menurut Alison, industri makanan dan minuman ringan menghabiskan lebih dari USD 33 miliar untuk mempromosikan produk mereka pada tahun 2020.

Kepala Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi kembali mengingatkan tentang risiko penggunaan gula, garam, dan lemak berlebihan terhadap kesehatan, khususnya bagi mereka yang cenderung mengonsumsi makanan olahan.

"Kita semua memahami bahwa makanan olahan dan makanan siap saji mengandung kadar gula, garam, dan lemak yang tinggi," ujar Siti Nadia. Jika kandungan gula, garam, dan lemak atau yang dikenal sebagai GGL tidak terpantau, maka dapat memicu risiko kesehatan khususnya penyakit kronis. "Terutama jika ada faktor lain, seperti kurangnya aktivitas fisik dan sebagainya," katanya.

Penyakit non-infeksius yang sebagian besar bisa dicegah justru menjadi penyebab kematian terbesar dan beban ekonomi di Indonesia. Berikut urutan penyakit yang menjadi penyebab utama kematian di Indonesia:

  • Stroke
  • Penyakit jantung iskemik
  • Sirosis hepatis
  • Tuberkulosis

Sementara beban penyakit terkait dengan faktor risiko adalah:

  1. Tekanan darah tinggi
  2. Merokok
  3. Kadar gula darah tinggi
  4. Disfungsi ginjal
  5. Partikular polutan
  6. Kadar LDL tinggi
  7. Obesitas
  8. Berat badan lahir rendah
  9. Polusi Udara rumah tangga
  10. Konsumsi natrium tinggi
  11. Konsumsi buah rendah
  12. Perokok parif
  13. Cedera kerja
  14. Air tidak layak

Siti Nadia menekankan mengenai faktor risiko obesitas yang kini menjadi ancaman besar bagi kemajuan sektor kesehatan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya angka kejadian obesitas dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Prevalensioverweightdan tingkat obesitas pada anak di seluruh dunia meningkat dari 8 persen pada tahun 1990 menjadi 20 persen pada 2022.

"Kegemukan berkontribusi terhadap beban penyakit dan memengaruhi kualitas kehidupan manusia," ujarnya. Kegemukan dapat memicu penyakit jantung, diabetes, kanker, tekanan darah tinggi, gangguan metabolik dan non-metabolik, serta masalah kesehatan lainnya.

Komplikasi kesehatan yang sering dialami oleh individu dengan obesitas meliputi, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner, Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS), lemak hati, tekanan darah tinggi, depresi, diabetes, osteoartritis lutut, gejala maag, serta gangguan tidur.

Siti Nadia juga menjelaskan mengenai berbagai jenis penyakit tidak menular yang dikategorikan sebagai penyakit katastropik, yaitu penyakit yang memerlukan biaya pengobatan yang sangat tinggi, perawatan dalam jangka panjang, serta berpotensi mengancam nyawa, yang terjadi di Indonesia. Pada tahun 2023, peningkatan anggaran untuk penyakit katastropik mencapai Rp 34,8 triliun.

  • Jantung dengan 20 juta kasus menghabiskan biaya sebesar Rp 17,6 triliun
  • Kanker yang memiliki 3,8 juta kasus menghabiskan biaya sebesar Rp 5,9 triliun.
  • Serangan stroke dengan 3,4 juta kasus menghabiskan biaya sebesar Rp 5,2 triliun
  • Gagal ginjal yang melibatkan 1,5 juta kasus menghabiskan dana sebesar 2,92 triliun rupiah
  • Hemofilia yang memiliki 140.000 kasus menghabiskan biaya sebesar Rp 1,2 triliun
  • Thalasemia dengan 346 ribu kasus menghabiskan dana sebesar Rp 764 miliar
  • Leukemia dengan 161.000 kasus menghabiskan biaya sebesar Rp 579 miliar
  • Hepatitis Sirosis dengan 237 ribu kasus menghabiskan biaya sebesar Rp 446 miliar

Beban BPJS Kesehatan lebih besar pada penyakit tidak menular yang sebenarnya bisa dihindari," ujar Siti Nadia. "Oleh karena itu, marilah kita mengatur pola makan agar selalu mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.

Comments

Popular posts from this blog

Teka-Teki Makanan dan Minuman MPLS 2025: Ultramilk, Minuman Pahlawan

Persiapan Hari Pertama Sekolah untuk Siswa Baru Tribuners, sebagai orang tua, saatnya mulai mempersiapkan diri sejak sekarang. Karena tidak lama lagi, hari pertama masuk sekolah akan tiba. Menurut kalender akademik yang berlaku di Jawa Barat tahun 2025/2026, hari pertama masuk sekolah atau masa ajaran baru akan jatuh pada hari Senin, 14 Juli 2024. Oleh karena itu, para orang tua perlu mempersiapkan diri untuk membantu anak-anak mereka dalam menghadapi hari pertama sekolah. Khususnya bagi siswa baru, mereka akan mengikuti kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Kegiatan ini biasanya disusun dengan menarik agar siswa baru semakin antusias dan siap menjalani proses belajar-mengajar. Di dalam MPLS, terdapat berbagai materi yang bervariasi, termasuk teka-teki makanan dan minuman yang harus ditebak oleh peserta didik. Berikut ini adalah beberapa contoh teka-teki makanan dan minuman yang bisa digunakan dalam MPLS, beserta kunci jawabannya: Berlumut = Kacang Ijo Batu manis ...

Daftar Lengkap Resep Cooking Event Grow a Garden di Roblox: Klaim Hadiah Langka Langsung

Panduan Lengkap untuk Event Masak di Grow a Garden Event masak yang baru saja dirilis di game Grow a Garden kembali memicu antusiasme para pemain Roblox. Dengan tema Cooking Event , pengguna kini dapat mencoba berbagai resep makanan unik untuk mengumpulkan hadiah eksklusif. Jika kamu tertarik mengetahui kombinasi bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat makanan dari level Normal hingga Prismatic, berikut ini panduan lengkapnya. Resep Salad Level Normal - 2x Tomat - 1x Strawberry + 1x Paprika Merah - 2x Pisang Darah + 2x Tomat - 1x Bawang Merah + 1x Pir - 2x Tomat + 1x Bawang Merah Level Legendaris - 2x Pisang Darah + 2x Tomat - 1x Bambu + 1x Mangga + 1x Pineapple Level Mitos - 1x Tomat + 1x Cemara Raksasa - 2x Apel Gula + 1x Cabai + 1x Tomat Level Divine - 3x Apel Gula + 1x Cabai + 1x Pineapple - 2x Bunga Tulang + 1x Pineapple + 1x Cabai Level Prismatic - 1x Tomat + 4x Bunga Tulang - 1x Paprika Merah + 4x Bunga Tulang Resep Sandwich Level Normal - 2x Tomat...

12 Makanan Kaya Vitamin C untuk Awet Muda!

Makanan Kaya Vitamin C untuk Menjaga Kecantikan Kulit Merawat kulit agar tetap kencang, segar, dan terlihat awet muda adalah impian banyak orang. Salah satu kunci utama dalam menjaga kecantikan kulit adalah dengan menjaga elastisitasnya serta memperlambat tanda-tanda penuaan. Selain itu, konsumsi makanan yang kaya akan kolagen juga berperan penting dalam menjaga elastisitas kulit, mencegah keriput, serta menjaga kelembapan alami. Produksi kolagen dalam tubuh terus berkurang seiring bertambahnya usia, sehingga mengonsumsi makanan yang mengandung kolagen bisa menjadi solusi yang efektif. Salah satu cara alami untuk merangsang produksi kolagen adalah dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C. Vitamin C tidak hanya membantu meningkatkan produksi kolagen, tetapi juga berperan sebagai antioksidan yang melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas. Berikut ini adalah 12 makanan yang kaya akan vitamin C dan dapat membantu menjaga produksi kolagen dalam tubuh, sehingga membu...