
Laporan Jurnalis KonekFood, Eki Yulianto
KonekFood, CIREBON-Di bawah sinar lampu dan sorak sorai penonton yang memadati area depan Balai Kota Cirebon, pada malam Kamis lalu, panggung Festival Kuliner Jalur Rempah (FKJR) 2025 tiba-tiba menjadi ruang pertukaran budaya dan sejarah dunia.
Bukan hanya sekadar pameran pakaian biasa, tetapi tampilan koleksi bersama antara desainer Nina Nugroho dan Batik Samida Cirebon berhasil memukau para hadirin.
Mengusung desain Batik Ikosahedron, kerja sama ini menyampaikan makna yang melampaui sekadar keindahan.
Batik ini berfungsi sebagai media visualisasi jalur perdagangan global, mulai dari Jalur Sutra hingga Jalur Rempah, dalam bentuk yang tidak biasa, yaitu peta dunia dalam Proyeksi Dymaxion.
Kami merasa bangga dapat bekerja sama dengan Batik Samida dan menyajikannya kepada masyarakat Cirebon kemarin.
"Kota Cirebon ini sangat kaya akan seni tradisional dan budaya, termasuk masakan, serta kami sangat menghargai acara-acara seperti ini," kata Nina saat diminta pendapatnya, Sabtu (19/7/2025).
Menurut Nina, kehadiran FKJR merupakan tindakan strategis yang diambil oleh Pemerintah Kota Cirebon untuk mendukung para pelaku industri kreatif.
"Ini sangat penting sebagai wujud komitmen dalam melestarikan seni tradisi dan budaya Cirebon," katanya.
Lima model tampil anggun di atas panggung, memperagakan pakaian dengan desain khusus yang mirip potongan-potongan peta dunia.
Lutfiyah Handayani, pemilik Batik Samida, mengatakan bahwa motif Batik Ikosahedron berasal dari penelitian yang dilakukan secara lintas negara, termasuk Indonesia, Singapura, hingga Jepang.
Dari sudut pandang sejarah, Muara Djati atau Cirebon pada abad ke-15 terkenal sebagai pintu masuk perdagangan antara bangsa-bangsa seperti Tiongkok, Arab, Persia, India, Melaka hingga Pasai.
"Mereka melintasi jalur perdagangan rempah di pesisir utara Jawa," kata Lutfiyah.
Ia menambahkan, beberapa ratus tahun sebelumnya, jalur perdagangan darat seperti Jalur Sutra menghubungkan Asia hingga Eropa.
Berikut adalah beberapa variasi dari kalimat tersebut: 1. Mulai dari sini ide untuk menciptakan narasi dalam motif batik lahir. 2. Awal mula konsep pembuatan narasi dalam motif batik berasal dari sini. 3. Ide mengembangkan cerita dalam motif batik dimulai dari sini. 4. Pemikiran untuk menyusun narasi dalam motif batik berawal dari tempat ini. 5. Dari titik ini, muncul gagasan untuk membentuk narasi dalam motif batik.
"Kami berusaha melacak jejak sejarah perdagangan darat dan laut—Asia serta Eropa—antara Jalur Rempah dan Jalur Sutra dalam satu peta Proyeksi Dymaxion yang diubah menjadi pola batik saling terkait," ujarnya.
Peta dunia Dymaxion yang diciptakan oleh Buckminster Fuller sendiri merupakan representasi bumi berdasarkan bentuk Ikosahedron, yaitu sebuah polihedron dengan 20 sisi.
Saat dibuka dan diratakan, peta ini menggabungkan daratan dunia tanpa adanya batas wilayah—seolah kain batik yang menyatukan narasi antar bangsa.
"Motif batik ini tidak hanya berupa bentuk, tetapi juga cara membaca sejarah perdagangan dunia," katanya.
Di tangan Nina Nugroho, motif tersebut diwujudkan menjadi pakaian modern yang menarik perhatian.
Hasilnya merupakan kumpulan pakaian yang penuh makna dan keindahan, menjadi bagian tak terlupakan dari FKJR 2025.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, menyatakan kagum terhadap tampilan kolaborasi kreatif ini.
Kami sangat bangga dan kagum dengan karya kreatif yang dihasilkan oleh Nina Nugroho dan Batik Samida.
"Ini menunjukkan bahwa Kota Cirebon memiliki potensi yang sangat mengagumkan," kata Agus.
Ia juga menegaskan komitmen Pemerintah Kota Cirebon dalam mendukung pelestarian Warisan Nusantara sebagai identitas budaya.
"Kami berharap dapat menjaga kekayaan Cirebon sebagai salah satu pusat batik Nusantara," ujarnya.
Sebagai informasi, Festival Kuliner Jalur Rempah (FKJR) 2025 secara resmi diadakan untuk yang kedua kalinya, menyampaikan pesan yang lebih mendalam dibanding sekadar perayaan rasa.
Ini merupakan perayaan warisan, identitas, dan ketahanan budaya. Kali ini,
FKJR diadakan di Gedung DPRD Kota Cirebon dan sekitarnya, pada hari Kamis-Sabtu 17-19 Juli 2025 dengan tema "Wastra Nusantara".
Festival ini termasuk dalam rangkaian kegiatan tahunan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon yang pada tahun ini mengusung semangat ketahanan pangan, pelestarian budaya masakan, serta penguatan ekonomi masyarakat setempat.
Comments
Post a Comment