
Target Pemkot Solo Mencapai 20 SPPG pada Akhir Tahun 2025
Pemerintah Kota Solo memiliki rencana ambisius untuk meningkatkan jumlah satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang beroperasi dalam program makan bergizi gratis (MBG). Hingga akhir tahun 2025, target yang ditetapkan adalah sebanyak 20 SPPG. Saat ini, sudah ada 6 SPPG yang berjalan, sedangkan kebutuhan idealnya mencapai sekitar 40 unit. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pihak terkait.
Wali Kota Solo, Respati Ardi, menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi antara pemerintah, swasta, serta masyarakat dalam menjalankan program MBG. Ia menyampaikan bahwa hingga saat ini telah terdapat 6 SPPG yang beroperasi di kota tersebut. "Pemkot Solo berkomitmen hingga akhir tahun 2025 bisa terealisasi 20 dapur. Meskipun bukan target sederhana, saya optimistis itu akan tercapai, tetapi memang memerlukan kerja sama dari semua pihak," ujarnya saat meresmikan SPPG Penumping-Laweyan.
SPPG Penumping-Laweyan Siap Layani 200 Jenis Menu
SPPG Penumping-Laweyan resmi beroperasi pada Senin, 4 Agustus 2025. Lokasinya berada di bawah naungan Yayasan Bangun Gisi Nusantara, yang dimotori oleh Wong Solo Group. Dapur ini siap menyajikan 200 jenis menu MBG setiap harinya. SPPG ini terdiri atas dua dapur dengan kapasitas produksi sekitar 6 ribu porsi per hari.
Pemilik Wong Solo Group, Puspo Wardoyo, mengungkapkan bahwa setelah pembukaan SPPG Penumping-Laweyan, pihaknya berencana untuk membuka beberapa dapur tambahan di berbagai titik di Solo. "Saat ini kami memiliki dua dapur. Target kami nanti adalah membuka delapan dapur di Solo," katanya.
Investasi yang dikeluarkan untuk dua dapur tersebut mencapai sekitar Rp 6 miliar. Puspo berharap dapat merealisasikan pembukaan delapan dapur dalam waktu satu tahun. Ia juga menargetkan agar SPPG yang dikelolanya menjadi percontohan bagi SPPG lainnya.
Kesiapan SPPG dalam Pengelolaan dan Menu yang Beragam
Puspo menegaskan bahwa SPPG yang dikelolanya dirancang untuk menjadi contoh dalam hal sistem pengelolaan. Menurutnya, SPPG ini tidak hanya bersih dan higienis, tetapi juga memiliki sistem yang terstruktur. "Kami menyajikan 200 menu, termasuk menu Indonesia, Asia, Oriental, dan Eropa. Anak-anak sekarang tidak seperti dulu, jadi kita perlu menyediakan variasi yang lebih menarik," ujarnya.
Untuk memastikan kualitas makanan, Puspo memastikan penggunaan bahan baku berkualitas dan bergizi. Ia menjelaskan bahwa proses pencarian bahan baku dilakukan secara ketat untuk meminimalisir risiko keracunan. "Kami menggunakan bahan baku yang sehat dan higienis. Misalnya, ikan tongkol yang digunakan harus berasal dari tengah laut, bukan dari pinggir pantai karena mengandung timbal," katanya.
Tantangan dalam Pembangunan SPPG di Solo
Meski memiliki visi besar, Puspo mengakui adanya kendala dalam membangun SPPG di Solo. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan lahan. "Di Solo, masalah tanah menjadi salah satu hambatan. Namun, kita tetap berjuang demi kepentingan negara," ujarnya.
Ia berharap SPPG yang dibangun dapat merata di setiap kecamatan. Dengan strategi yang tepat, ia yakin bahwa target tersebut dapat tercapai. Selain itu, Puspo juga berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan inovasi dalam penyajian menu.
Dengan komitmen dari pemerintah dan partisipasi aktif dari pihak swasta, program MBG di Solo diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, khususnya anak-anak yang membutuhkan asupan gizi yang seimbang.
Comments
Post a Comment