Derana NTT - Mengunjungi Kupang tidak akan lengkap jika tidak menjelajahi garis pantainya yang indah. Namun, keindahan matahari terbenam dan desau ombak tidak hanya dapat dinikmati dengan mata—tapi juga melalui lidah.
Kota ini menyimpan berbagai hidangan khas yang tidak hanya enak, tetapi juga penuh makna budaya.
Berikut ini lima hidangan khas Kupang yang patut kamu coba saat berada di tepi pantai. Lezat, autentik, dan sempurna untuk dinikmati sambil menantikan matahari terbenam!
1. Se’i Babi – Makanan Asap Khas NTT yang Terkenal di Dunia
Jika kamu mendengar kata "Kupang", salah satu makanan yang langsung terpikir adalah se’i babi. Makanan ini terdiri dari potongan daging sapi yang diasap secara perlahan selama beberapa jam, menghasilkan aroma khas dan tekstur yang lembut.
Umumnya disajikan dengan sambal lu’at (sambal khas Timor yang terbuat dari cabai, jeruk nipis, dan daun lu’at) yang pedas dan segar. Se’i paling lezat disantap hangat di tepi pantai, disertai nasi putih dan es kelapa muda.
Tips: Cari tempat makan lokal di sekitar Pantai Lasiana atau Pantai Tablolong. Banyak penjual makanan rumahan yang rasanya asli!
2. Jagung Bose – Makanan Hangat yang Menyegarkan Saat Sore Hari
Jagung Bose merupakan makanan penghibur bagi masyarakat NTT. Terbuat dari jagung putih yang dimasak dalam waktu lama bersama kacang merah dan santan, hidangan ini menghasilkan cita rasa gurih serta tekstur yang lembut, cocok disantap pada siang hari.
Sempurna untuk dinikmati setelah bermain air atau berjalan-jalan santai di tepi pantai. Banyak kios di sekitar pelabuhan atau pasar tradisional menyediakan Jagung Bose, biasanya sebagai hidangan pelengkap.
Fun Fact: Jagung Bose dahulu menjadi makanan pokok penduduk Timor sebelum beras mulai lebih banyak diperjualbelikan.
3. Karmanaci – Camilan Khas yang Menemani Senja
Karmanaci merupakan camilan tradisional Kupang yang terbuat dari pisang yang digoreng dan dibalut dengan gula merah kental. Rasanya manis dan renyah, sangat pas disantap sambil menikmati angin laut di sore hari.
Jika kamu berkunjung ke Pantai Namosain atau Bukit Cinta, jangan lupa mencari penjual karmanaci yang berkeliling atau toko kecil di tepi jalan.
Tip Fotogenik: Sajikan karamuni di atas daun pisang, kemudian ambil foto dengan latar matahari terbenam Kupang—konten Instagrammu pasti menarik!
4. Uta Dada – Sup Rempah Khas Tradisional
Uta Dada merupakan sup ayam khas Nusa Tenggara Timur yang dimasak menggunakan santan dan berbagai bumbu seperti kunyit, lengkuas, serta daun kemangi. Rasanya kaya akan cita rasa, sedikit pedas, dan sangat menyegarkan tubuh setelah seharian beraktivitas di tepi pantai.
Umumnya disajikan bersama nasi atau jagung bose. Makanan ini mudah ditemukan di warung makan lokal Kupang, khususnya yang menyediakan masakan khas Timor.
5. Lawar Ikan – Segar, Pedas, dan Langsung dari Laut
Berada di kota pesisir seperti Kupang, tentu kamu tidak boleh melewatkan hidangan dari hasil lautnya. Salah satu yang harus dicoba adalah Lawar Ikan, yaitu ikan segar (biasanya tuna atau cakalang) yang dihancurkan halus dan dicampur dengan kelapa parut, daun jeruk, bawang, serta cabai.
Terasa segar, gurih, dan sedikit pedas. Lawar Ikan sangat cocok dijadikan camilan saat menunggu matahari terbenam.
Tips: Pastikan kamu mengonsumsinya dalam kondisi segar, karena rasanya paling kuat ketika baru saja dimasak.
Tips Menggali Rasa Kuliner di Kupang
1. Kunjungi pasar tradisional di pagi hari agar mendapatkan pengalaman yang asli dan makanan yang masih segar.
2. Tanyakan kepada penduduk setempat di sekitar pantai mengenai rekomendasi tempat makan—biasanya mereka mengetahui kafe terbaik yang tidak terdaftar di Google.
3. Bawa uang tunai yang cukup, karena banyak pedagang belum menerima pembayaran melalui digital.
Rasa yang Bertahan Lebih Lama daripada Matahari Terbenam
Matahari terbenam di Kupang memang menarik, namun kenangan tentang masakannya bisa lebih lama tersimpan dalam pikiranmu. Setiap suapan makanan khasnya mengandung cerita tentang tradisi, keluarga, dan kearifan lokal.
Maka, ketika kamu menikmati matahari terbenam di Pantai Lasiana atau mendaki Bukit Cinta, jangan lupa membawa sesuatu yang sangat penting—perut yang siap untuk menjelajahi.
Comments
Post a Comment