
KonekFoodKekurangan bahan bakar minyak di Kabupaten Jember sejak Sabtu (26/7) lalu, menyebabkan harga eceran mencapai Rp50 ribu.
Biasanya, cerita harga bahan bakar minyak yang tidak wajar terjadi di daerah-daerah luar Pulau Jawa seperti Papua, kini muncul di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Selain itu, di beberapa tempat, bensin eceran dijual dengan harga yang berbeda-beda, mulai dari Rp20 ribu hingga Rp50 ribu per liter.
Dikutip dari radarjember.KonekFood, seorang warga Kelurahan Gebang, Kecamatan Patrang bernama Hengky Kurniawan mengungkapkan bahwa ia menjual bahan bakar dengan harga Rp 50.000 per liter.
"Dengan harga demikian per liter, tetapi karena kebutuhan mendesak, masih ada pembeli yang datang," kata pria yang akrab disapa Hengky.
Di area yang berbeda, seperti beberapa titik di Kecamatan Sukorambi, harga BBM sekitar Rp 35.000 per liter. Namun, untuk pembelian 4 liter ditawarkan dengan harga Rp 100.000.
"Harus membeli satu liter saja karena antrian di SPBU sangat panjang. Karena kebutuhan, akhirnya terpaksa membeli juga," ujar Anik, warga setempat lainnya.
Ini menunjukkan bahwa kelangkaan bahan bakar minyak memicu rasa panik dalam pembelian bensin dan seharusnya dihentikan.
Faktanya, bahan bakar memang langka dan tidak bisa diperoleh lagi. Di SPBU, terjadi antrean yang sangat panjang karena adanya keterlambatan dalam distribusi.
Meskipun demikian, hingga Rabu (30/7), antrean di beberapa SPBU telah berkurang. Meski sejak Sabtu (26/7) hampir seluruh SPBU mengalami antrean yang panjang, namun pantauan terbaru menunjukkan bahwa barisan mulai lebih pendek.
Di sisi lain, para penjual bensin keliling memperoleh keuntungan karena sebelumnya banyak dari mereka menetapkan harga Rp 20.000 per liter.
Berdasarkan pengamatan Jawa Pos Radar Jember, antrean kendaraan di SPBU wilayah perkotaan seperti Jalan A. Yani mulai menurun.
Senin sore (28/7), antrian terbentang sejauh sekitar 900 meter menuju Golden Market.
Namun kemarin (29/7), barisan hanya sampai di depan kantor polisi Jember, dengan jarak tidak lebih dari 500 meter.
Kondisi yang serupa juga terjadi di SPBU Jalan Gajah Mada, Ajung, hingga Mangli.
Masyarakat masih terlihat berbaris, tetapi waktu menunggu kini tidak sepanjang dua hari pertama krisis.
Nuril, warga Jenggawah yang sedang antri di SPBU Kecamatan Ajung, mengatakan pada Senin (28/7) lalu membutuhkan waktu lebih dari setengah hari untuk mendapatkan bahan bakar minyak.
Sementara pada hari berikutnya, diperlukan waktu minimal 2,5 jam untuk antrian.
"Saya memang biasa menjual bensin eceran, jadi terus mengambil persediaan," ujar Nuril.
Di SPBU Mangli, terdapat antrian yang panjang sekitar 300 meter. Salah seorang warga, Amelia Putri dari Kecamatan Panti, memilih untuk mengantri bahan bakar di SPBU Mangli setelah SPBU terdekat dari rumahnya habis stoknya.
Saat berjalan, ia melihat beberapa pedagang bensin keliling yang menawarkan barang dagangannya. Namun, ia tidak tertarik membeli karena harganya dua kali lebih tinggi.
"Sudah ada yang menjual di sekitar, tapi saya lebih memilih menunggu antre 1-2 jam daripada membeli dengan harga Rp 20.000 per liter," katanya.
Meskipun belum sepenuhnya pulih, pengurangan panjang antrean di beberapa tempat menunjukkan mulai berjalannya distribusi bahan bakar minyak ke Jember.
Masyarakat berharap kondisi kembali pulih, serta harga bahan bakar minyak di tingkat penjual eceran kembali normal.
Comments
Post a Comment