
Di tengah perkembangan teknologi saat ini, alat digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Banyak tugas kini dikerjakan dengan bantuan kecerdasan buatan atau AI. Bahkan menurut laporan Microsoft dan LinkedIn, 92% pekerja profesional di Indonesia memanfaatkan AI generatif dalam pekerjaannya, angka yang jauh lebih tinggi dibanding rata-rata dunia.
Namun ternyata, AI tidak hanya berguna bagi karyawan kantor atau dunia teknologi. Di balik kesibukan dapur dan pelayanan pelanggan, pengusaha kuliner juga mulai menyadari kepentingan bantuan teknologi dalam mengelola usaha mereka.
PT Esensi Solusi Buana (ESB), perusahaan yang menyediakan perangkat lunak berbasis cloud khusus untuk bisnis makanan dan minuman (F&B), secara langsung melihat berbagai tantangan yang dialami oleh pelaku usaha. Mulai dari pengambilan keputusan yang masih banyak didasarkan pada perasaan, hingga keterbatasan waktu dalam menganalisis data operasional secara menyeluruh.
Melihat kebutuhan tersebut, ESB memperkenalkan OLIN, asisten AI pertama yang dirancang khusus untuk dunia kuliner. Diluncurkan secara resmi pada tahun 2025, OLIN dikembangkan selama dua tahun penuh agar benar-benar memahami ritme dan tantangan yang dihadapi bisnis F&B.
Berbeda dengan aplikasi biasanya yang hanya menunggu perintah, OLIN bekerja secara proaktif. Setiap hari, OLIN mengolah data transaksi, memantau perkembangan penjualan, dan memberikan saran yang dapat langsung digunakan oleh pemilik usaha. Mulai dari menentukan menu yang paling diminati, melihat jam-jam sibuk, hingga mengevaluasi promo yang sedang berlangsung.

Gunawan, Co-Founder & CEO ESB, menekankan bahwa penggunaan teknologi AI saat ini bukan lagi menjadi opsi, tetapi sudah menjadi kebutuhan. Menurutnya, baik atau tidak, AI telah mulai dan akan terus mengubah cara para pelaku usaha menjalani bisnis sehari-hari.
"Maka pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita siap bertahan di tengah perubahan total dalam cara bersaing?" ujar Gunawan dalam acara media luncheon "Dari Dapur ke Data: Menang dalam Persaingan Kuliner dengan Penerapan AI Sejak Awal" di Jakarta, Selasa (30/7).
Ia juga menyampaikan, meskipun AI bukan jawaban instan, mereka yang lebih awal menerapkannya akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar pada masa depan.
Semakin dini kita memulai, semakin cepat AI memahami karakter bisnis kita dan memberiinsight yang relevan. Oleh karena itu, AI perlu dilihat bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai alat untuk berkembang bersama, menciptakan keterlibatan saling menguntungkan dan mendukung bisnis tumbuh dalam sebuah ekosistem yang baik," katanya.
Salah satu pengusaha yang telah merasakan langsung manfaat dari teknologi AI adalah Regan S. Subagio, pemilik restoran Hongkong Bay. Menurut Regan, AI seperti OLIN tidak hanya mempermudah pekerjaan, tetapi juga memberikan keunggulan dalam bersaing.
OLIN membantu kami menganalisis promo yang sedang berlangsung dan menunjukkan dampaknya terhadap penjualan," kata Regan. "Jadi kami tidak lagi mengandalkan perasaan, tetapi data. Ini membuat strategi promosi dan up-selling menjadi jauh lebih tepat sasaran dan efektif.
Sejak dibuka pada tahun 2022, Hongkong Bay telah menerapkan sistem ESB sebagai dasar operasional dan keuangan. Dengan bantuan seperti Chef Christo dan Chef Fransisca dari MasterChef Indonesia, Regan yakin bahwa kualitas rasa perlu didukung oleh sistem yang tangguh.
Fitur-fitur ESB seperti harta yang bernilai. Dengan sistem ini, saya mampu melihat jam-jam sibuk, bahkan mengetahui apakah toko telah menerapkan resep sesuai standar. Ini bukan hanya sekadar memiliki pengawasan, tetapi juga menjadi dasar bagi kami dalam merancang strategi bisnis.
Regan menjelaskan bahwa meskipun pada saat itu hanya ada satu staf yang bertugas melayani tiga lantai, proses operasional tetap berjalan dengan baik karena dukungan ESB Order. Menurutnya, teknologi yang tepat tidak hanya mempermudah pekerjaan, tetapi juga memberikan rasa aman dalam menghadapi tantangan sehari-hari.
Sejalan dengan Regan, Ayu Switriani, Direktur F&B Temuku, juga menekankan peran penting penggunaan teknologi seperti OLIN dan ESB sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis serta mendukung perkembangan perusahaan.
OLIN tidak hanya mengabadikan, tetapi memberi kepada kamiinsight berbasis data. Apa yang perlu ditingkatkan, apa yang dapat ditingkatkan. Ini memudahkan kami dalam menyusun strategi menu, promosi, dan operasional dengan lebih percaya diri," kata Ayu.

Dengan latar belakang di bidang kuliner dan operasional, Ayu memahami bahwa sistem digital kini bukan hanya sekadar alat pendukung, tetapi sudah menjadi kebutuhan yang mendesak. Ia menyadari masih banyak pelaku usaha yang terbiasa dengan metode manual atau merasa ragu karena biaya awal yang diperlukan. Namun, menghadapi tantangan bisnis yang semakin rumit, ia yakin bahwa sistem seperti ESB justru dapat menjadi kunci dalam membangun...brand yang tetap dan siap berkembang.
Bagi Temuku, penggunaan teknologi bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga strategi jangka panjang untuk menjaga kualitas dan memperluas peluang pertumbuhan. "Dengan dasar digital yang kuat, kami percaya Temuku mampu berkembang lebih jauh, dari brand lokal yang tangguh menjadi kompetitif di tingkat nasional bahkan global," ujarnya.
Dibangun berdasarkan semangat untuk memenuhi kebutuhan nyata para pelaku usaha, OLIN hadir bukan hanya sebagai alat bantu, tetapi sebagai asisten pintar yang mendampingi pengambilan keputusan strategis setiap hari. Dengan fitur-fitur seperti prediksi penjualan, pengenalan otomatis risiko penipuan, hingga rekomendasi promosi yang didasarkan pada data pelanggan.
Setelah digunakan selama minimal tiga bulan, OLIN mampu memberikan analisis dan prediksi bisnis dengan akurasi mencapai 98% dan telah terbukti meningkatkan penjualan lebih dari 50%. Dengan pendekatan yang mudah diakses, OLIN menawarkan manfaat seperti memiliki seorang analis bisnis, akuntan, auditor, dan konsultan dalam satu sistem yang siap mendukung perkembangan berkelanjutan.
Dengan solusi berbasis data seperti OLIN dan sistem operasional yang terintegrasi, pelaku usaha kuliner tidak hanya mendapatkan alat bantu teknologi. Mereka memiliki mitra strategis yang siap mendukung dalam setiap keputusan penting. Namun, bagi ESB, dukungan nyata tidak hanya terbatas pada fitur atau teknologi, yang lebih penting adalah memastikan bahwa setiap inovasi yang diberikan mampu membantu pelaku usaha menjalankan operasional harian dengan lebih efisien, cerdas, dan berkelanjutan.
Gunawan menganggap industri F&B terlalu besar dan penting untuk tetap bergantung pada sistem manual. Ia bersama timnya menciptakan ESB setelah melihat langsung tantangan yang dialami pelaku usaha saat harus membuat keputusan tanpa adanya dukungan data yang terintegrasi danreal-time.
"OLIN dan teknologi hadir bukan hanya sebagai alat bantu, melainkan mitra strategis yang memberikan daya. Bukan untuk menggantikan manusia, tetapi justru memperkuat hubungan antar sesama, sehingga pemilik usaha dapat fokus pada hal yang paling bernilai, yaitu membangun tim dan menciptakan pengalaman terbaik bagi pelanggan," katanya.
Comments
Post a Comment