
Kedai Ronde Semarang Pak Yanto: Tradisi yang Terus Berlanjut di Surabaya
Kedai Ronde Semarang Pak Yanto terletak di Jalan Dharmahusada, Surabaya. Meskipun tampak seperti kedai ronde biasa, tempat ini selalu ramai pengunjung, terutama pada malam hari. Pengunjung berbaris menunggu giliran untuk memilih berbagai varian minuman hangat yang tersedia.
Saat mendekati gerobak ronde, salah satu pekerja menyapa dengan ramah dan menunjukkan daftar menu yang tertera di lembaran kertas. Pilihan menu yang tersedia antara lain ronde campur, ronde balur, serabi aren, serta angsle. Setiap porsi disajikan dengan kuah jahe hangat yang menghangatkan tubuh.
Ronde yang disajikan memiliki tekstur yang kenyal dan lembut. Isian kacang tanah yang telah diolah memberikan rasa manis yang seimbang dengan lembutnya balutan tepung berwarna merah muda. Selain itu, ada juga variasi ronde balur yang terbuat dari tepung ketan dan dibaluri kacang tanah sangrai. Kuah jahe terpisah dan bisa dipilih sesuai selera.
Harga menu yang ditawarkan mulai dari Rp11 ribu hingga beberapa puluh ribu rupiah. Kedai ini memiliki sekitar 10 meja yang masing-masing dapat menampung 4 hingga 6 orang. Tempat ini buka mulai pukul 17.00 hingga 23.00 WIB setiap hari.
Pengunjung datang dari berbagai kalangan, baik dewasa, orang tua bersama anak-anak, maupun pasangan muda-mudi. Area parkir yang luas juga menjadi salah satu keuntungan bagi pengunjung yang datang menggunakan kendaraan pribadi.
Nike, istri dari Yanto, menjelaskan bahwa usaha ini dijalankan dengan cara tradisional yang sudah turun-temurun sejak generasi ketiga. "Kita pakai cara tradisional, turun temurun sudah generasi ketiga," ujarnya.
Usaha keluarga Yanto telah berdiri sejak dua dekade lalu. Sebelumnya, keluarga Yanto telah menjalani bisnis ronde sejak tahun 1975. Awalnya, mereka merintis usaha ini di area Kapasan, kemudian Manyar, dan akhirnya pindah ke lokasi saat ini di Pusat Oleh-oleh Bu Rudy.
"Awalnya kami berjualan di pinggir jalan. Karena ramai, kami disarankan oleh Bu Rudy untuk menjual di tempat beliau. Akhirnya kami coba pindah dan mulai merintis lagi," kata Nike.
Peran Bu Rudy dalam pengembangan usaha ini sangat penting. Ia tidak hanya membantu menyediakan tempat, tetapi juga menjadi mentor dalam pengelolaan bisnis. Ia memberikan banyak pelajaran tentang pelayanan, keramahan, dan menjaga kualitas rasa.
"Kita benar-benar dididik dan dibimbing Bu Rudy. Kalau salah ya dimarahin, beliau sudah (pengusaha) besar, contoh kami. Meskipun saya ponakan, kalau saya kurang betul, ya beliau tegur dan saya lakukan. Suport segala macam," ujarnya.
Bu Rudy sendiri pernah mencicipi semangkuk ronde dan menyampaikan apresiasi terhadap para pengusaha muda yang ingin menjalankan usaha. Ia menekankan pentingnya menjaga kualitas rasa dan keramahan dalam melayani pelanggan.
"Saya senang kalau ada anak muda berbisnis, tak ajari. Berhubung sek keponakan, tak gembleng selama di sini. Sampai melayani pun tak ajari. Harus grapyak (ramah), ucap terimakasih, iku nggak bondo (mengucap terimakasih itu tidak pakai modal) jadi selalu ucapkan terimakasih. Itu kunci berbisnis dan lestarikan terus makanan tradisional," ujar Bu Rudy.
Comments
Post a Comment