
PIKIRAN RAKYAT -Para penjual ayam potong di pasar tradisional Kota Cimahi mengeluhkan maraknya penjualan daging ayam potong dengan harga di bawah harga pasar. Hal ini berdampak cukup besar terhadap penjualan mereka.
"Kami para pedagang ayam potong di pasar tradisional Kota Cimahi merasa kecewa dengan maraknya penjualan ayam potong yang dilakukan dengan harga di bawah ketentuan pemerintah. Akibatnya, pendapatan kami menurun tajam," kata Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional (APPETRA) Kota Cimahi Agus Rudiyanto, Minggu (3/8/2025).
Agus yang berdagang di Pasar Antri Baru menganggap, kegiatan jual beli ayam potong yang menawarkan harga lebih rendah dari harga pasar semakin marak dan mulai memengaruhi stabilitas harga.
"Kami belum mengetahui asal ayam potong yang dijual dengan harga ini. Namun secara fisik terlihat berbeda dibanding daging ayam segar yang dijual oleh pedagang pasar tradisional karena baru dipotong sebelum dijual," katanya.
Agus menyampaikan, APPETRA Kota Cimahi telah mengirimkan surat permohonan pertemuan dengan Wali Kota Cimahi untuk mencari jalan keluar terkait masalah tersebut.
Kami juga telah mengirim surat kepada Wali Kota untuk menyampaikan kekhawatiran para pedagang dan meminta solusi. Jika tidak dihiraukan, khawatir akan terjadi gejolak di lapangan hingga memicu aksi, kami menginginkan ketertiban dalam berjualan dan jangan sampai ada persaingan harga yang terlalu jauh sehingga merugikan kami yang berdagang di pasar tradisional," katanya.
Pantau kondisi pasar
Merupakan tanggapan atas hal tersebut, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi UMKM dan Perindustrian (Disdagkoperin) Kota Cimahi Hella Haerani menyatakan bahwa pihaknya tetap mengawasi situasi pasar meskipun ada keluhan dari para pedagang daging ayam potong di pasar tradisional.
Namun, ia menegaskan bahwa Dinas Perdagangan dan Koperasi Kota Cimahi tidak memiliki wewenang untuk menentukan atau ikut campur dalam harga jual di lapangan.
"Kami tetap mengawasi, namun kami tidak dapat campur tangan atau melarang kenaikan atau penurunan harga karena hal itu merupakan bagian dari strategi pemasaran masing-masing pelaku usaha," ujarnya.
Hella menganggap, kehadiran penjual daging ayam potong yang menawarkan harga lebih murah sekitar Rp 26 ribu per kilogram dibanding rata-rata harga Rp 30 ribu per kilogram di pasar tradisional merupakan bagian dari strategi pemasaran.
"Kita tidak mungkin menghalangi mereka berdagang. Mereka berusaha menarik perhatian masyarakat agar mengetahui bahwa mereka menawarkan harga tertentu," katanya.
Ia memberikan contoh bahwa hal serupa juga sering terjadi di toko modern yang menyediakan berbagai penawaran menarik.
"Ini bagaimana cara menarik calon pembeli. Terlebih jika barang yang dijual lebih bersih, sudah dipilah seperti kepala, ceker, paha, pasti masyarakat akan tertarik," tambahnya.
Hella menekankan, cara terbaik adalah komunikasi langsung antara para pedagang.
"Bukan hanya soal komoditas ayam. Semua jenis komoditas juga menghadapi situasi serupa, misalnya harga gula pasir yang berbeda antar toko sebesar Rp 1.000 saja sudah pasti akan dicari oleh konsumen. Oleh karena itu, para pedagang perlu cerdas dalam memenuhi kebutuhan pembeli. Di sisi lain, para pedagang bisa berkumpul untuk menyamakan pandangan dan strategi harga agar tidak saling merugikan, sehingga penjualan masing-masing bisa meningkat dan berdampak positif terhadap perekonomian," katanya.
Comments
Post a Comment