
Mencari Rasa Masa Lalu di Bandung
Bandung tidak hanya dikenal sebagai kota dengan udara sejuk dan suasana artistik. Kota ini juga menyimpan kekayaan rasa yang unik dan memori kolektif warganya. Di tengah maraknya kafe estetik dan makanan viral, ada sajian jadul yang mulai tersingkir dari etalase kuliner kota. Namun, bagi yang tahu, rasa masa lalu masih bisa ditemukan di beberapa sudut kota.
Beberapa tempat di Bandung masih menjaga nuansa tempo dulu, seperti bangunan kolonial di kawasan Asia-Afrika atau aroma kopi dari warung tua di Cihapit. Hal ini membuat tren wisata nostalgia semakin diminati, termasuk berburu kuliner jadul yang sulit ditemukan tapi tetap dicari.
Jika kamu sedang merencanakan food crawl ke Bandung, jangan hanya mengunjungi tempat-tempat hits. Sisipkan juga waktu untuk mencicipi makanan khas Bandung yang mulai langka berikut ini.
5 Kuliner Jadul Bandung yang Mulai Sulit Ditemui
- Peyeum Manis
Peyeum atau tape singkong merupakan camilan tradisional yang dibuat melalui proses fermentasi. Dulu, peyeum manis menjadi oleh-oleh wajib dari Bandung, dibungkus daun pisang atau plastik bening. Harum khasnya menggoda para pengunjung.
Kini, keberadaan peyeum semakin langka karena kalah populer dengan jajanan modern. Namun, peyeum masih menjadi bahan dasar colenak—paduan tape bakar dan saus gula merah—yang dicari oleh mereka yang tahu rasanya.
- Doclang
Jarang yang tahu bahwa doclang asli berasal dari Bandung, bukan hanya Bogor. Sajian sederhana yang terdiri dari ketupat, tahu goreng, dan telur rebus, disiram dengan bumbu kacang kental ini dulu banyak dijual oleh pedagang keliling.
Kini, hanya beberapa tempat di Bandung yang masih menyajikan doclang dalam bentuk aslinya. Rasanya autentik dan cocok untuk sarapan santai di pagi berkabut.
- Kue Balok
Berbeda dengan brownies atau dessert modern, kue balok memiliki tekstur lebih padat dan aroma kayu bakar yang khas. Kue ini dibuat dari tepung terigu, telur, dan gula merah, dipanggang dalam cetakan besi.
Dahulu, kue balok mudah ditemukan di pasar tradisional. Kini, hanya tersisa beberapa gerobak yang masih setia menjajakannya.
- Es Goyobod
Jika es campur itu mainstream, cobalah es goyobod. Minuman khas Sunda ini memadukan tepung hunkwe yang kenyal, santan encer, serutan es, dan gula cair. Kesegarannya otentik, meskipun keberadaannya sempat menghilang.
Beruntung, kini beberapa kedai di Bandung mulai menghidupkan kembali es goyobod sebagai menu nostalgia.
- Roti dan Kue Jadul di Sumber Hidangan
Tidak ada tempat yang lebih ikonik dari Sumber Hidangan di Jalan Braga untuk mencicipi roti dan kue Eropa gaya lama. Berdiri sejak 1929, toko roti ini mempertahankan resep dan alat panggang kuno.
Pilihan roti seperti busbrood, kaasstengels, dan paindelux masih dibuat dengan metode zaman dulu. Bahkan, es krim vanila klasik mereka tak tergantikan.
Keberlanjutan Rasa Masa Lalu
Kuliner tradisional adalah bagian dari identitas budaya. Menyantap peyeum atau doclang bukan sekadar mencicipi rasa, tapi juga ikut menikmati sejarah Bandung dari sudut pandang rakyatnya. Ketika makanan jadul menghilang, yang lenyap bukan hanya sajian, tapi juga narasi hidup orang-orang masa lalu.
Melestarikan makanan khas Bandung tempo dulu berarti menjaga keberagaman rasa sekaligus ruang nostalgia. Dalam era modernisasi dan globalisasi makanan cepat saji, cita rasa lokal yang autentik perlu terus diperjuangkan agar tak lekang oleh zaman.
Berburu kuliner jadul di Bandung bisa menjadi petualangan rasa yang seru. Tidak sekadar makan, tapi juga napak tilas sejarah. Dari peyeum yang manis legit hingga es goyobod yang menyegarkan, semuanya punya cerita yang patut dikenang.
Jadi, lain kali ke Bandung, sempatkan mencari jejak rasa masa lalu. Karena dalam setiap gigitan makanan jadul, tersimpan kenangan yang tak bisa dibeli dari mesin otomatis, hanya bisa ditemukan dari hati yang rindu akan keaslian.
Comments
Post a Comment