
Teknologi Iradiasi untuk Meningkatkan Kualitas Makanan Bergizi Gratis
Masalah utama dalam pelaksanaan proyek Makanan Bergizi Gratis (MBG) adalah makanan yang sudah tidak segar saat sampai di tangan siswa. Hal ini bahkan pernah memicu kasus keracunan, sehingga pemerintah kini sedang mengevaluasi penggunaan teknologi iradiasi sebagai solusi. Teknologi ini dikembangkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang sebelumnya dikenal sebagai Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Dengan menggunakan radiasi nuklir, teknologi ini mampu membunuh mikroba pada makanan tanpa mengurangi kualitas atau keamanannya.
Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, R. Hendrian, menjelaskan bahwa penggunaan radiasi pangan tidak hanya terbatas pada produk ekspor, tetapi juga bisa mendukung berbagai program seperti MBG dan logistik darurat di daerah terpencil. "Dengan pemanfaatan yang tepat, radiasi pangan dapat memberikan kontribusi nyata bagi ketahanan pangan dan penanganan darurat secara efektif," ujarnya.
Untuk memaksimalkan manfaat dari teknologi ini, diperlukan pendalaman lebih lanjut bersama para pemangku kepentingan. Standarisasi menjadi hal penting, termasuk standar mutu produk, dosis iradiasi, dan operasional fasilitas iradiasi. Selain itu, perlu adanya koordinasi antara sentra produksi pangan dengan wilayah yang membutuhkan.
Proses iradiasi pangan dilakukan di fasilitas Irradiator Gamma Merah Putih (IGMP) di Serpong. Di sana, makanan diproses menggunakan sinar gamma dengan dosis tertentu. Tujuannya adalah meningkatkan keamanan dan memperpanjang masa simpan makanan. Produk yang telah diiradiasi memiliki label Radura dan aman untuk dikonsumsi.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyambut baik penggunaan teknologi iradiasi dalam mendukung program MBG. Dia setuju bahwa ada potensi besar dalam pemanfaatan iradiasi pangan untuk mendukung program gizi nasional. Pandangan ini disampaikannya saat menghadiri diskusi tentang iradiasi pangan bersama jajaran BRIN di Tangerang Selatan, Banten.
Menurut Dadan, tantangan terbesar dalam mendukung MBG adalah bagaimana menghasilkan makanan olahan yang dapat bertahan minimal dua hingga tiga hari agar tetap layak konsumsi. Hal ini sangat penting terutama selama bulan Ramadhan, ketika makanan harus tetap segar dan siap disajikan saat berbuka puasa.
Dadan juga sempat bertanya kepada tim BRIN apakah ada perbedaan komposisi gizi antara makanan yang diiradiasi dan yang tidak. Menurut dia, jika tidak ada perbedaan dan teknologi ini terbukti aman, maka iradiasi sangat potensial untuk digunakan dalam program makanan bergizi. "Jika tidak ada perbedaan, saya kira ini positif. Jika ada edukasi kepada masyarakat bahwa teknologi ini aman, maka iradiasi bisa dimanfaatkan dalam program makanan bergizi," katanya.
Manfaat dan Potensi Teknologi Iradiasi
Teknologi iradiasi memiliki beberapa manfaat signifikan dalam pengelolaan makanan. Pertama, mampu memperpanjang masa simpan makanan tanpa mengurangi kualitasnya. Kedua, membunuh mikroba berbahaya yang bisa menyebabkan keracunan. Ketiga, memastikan keamanan pangan dalam kondisi darurat, seperti bencana alam.
Selain itu, iradiasi pangan juga bisa menjadi solusi untuk masalah distribusi makanan di daerah terpencil. Dengan teknologi ini, makanan bisa disimpan lebih lama dan tetap aman untuk dikonsumsi meski jarak pengiriman jauh.
Penggunaan teknologi ini juga membutuhkan kesadaran masyarakat. Edukasi penting dilakukan agar masyarakat memahami bahwa iradiasi pangan aman dan tidak merusak nutrisi makanan. Dengan demikian, masyarakat akan lebih percaya dan menerima penggunaan teknologi ini dalam program makanan bergizi.
Tantangan dan Langkah Berikutnya
Meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan teknologi iradiasi masih menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah perlu adanya regulasi dan standarisasi yang jelas. Termasuk dalam hal dosis iradiasi yang diperbolehkan dan cara pengemasan makanan yang sesuai.
Selain itu, perlu adanya kolaborasi antara instansi pemerintah, peneliti, dan pelaku usaha. Dengan kerja sama yang baik, teknologi iradiasi bisa diterapkan secara efektif dan efisien.
Tantangan lainnya adalah biaya penerapan teknologi ini. Meskipun jangka panjang akan menghemat biaya karena makanan lebih tahan lama, awalnya mungkin memerlukan investasi yang cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan dukungan kebijakan dan anggaran yang memadai.
Dengan semua langkah tersebut, teknologi iradiasi bisa menjadi solusi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas makanan bergizi gratis dan memastikan ketersediaan pangan yang aman dan berkualitas.
Comments
Post a Comment