
Kimchi: Simbol Budaya dan Rasa yang Menyebar ke Seluruh Dunia
Di tengah tren wisata dan kuliner yang terus berkembang, satu tradisi makanan khas Korea Selatan, yaitu kimchi, tetap menjadi perhatian banyak orang. Hidangan fermentasi ini tidak hanya menjadi pelengkap meja makan, tetapi juga simbol budaya dan gaya hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Kota-kota di Korea sering kali dikenal dengan aroma segar dan pedas dari kimchi. Dari pasar tradisional di Seoul hingga restoran modern di kawasan Gangnam, kimchi selalu hadir sebagai ikon kuliner. Banyak wisatawan menjadikan pengalaman mencicipi kimchi sebagai bagian dari perjalanan mereka untuk mengenal Korea lebih dalam. Di era pariwisata kuliner, kimchi bahkan masuk dalam daftar “must-try food” bagi traveler asing.
Dari festival Kimjang (membuat kimchi bersama) di kota-kota besar Korea hingga tren kuliner global di New York, Paris, hingga Jakarta, kimchi telah menjadi jembatan budaya yang mempertemukan rasa tradisi dengan eksplorasi modern.
Sejarah Kimchi: Dari Zaman Goryeo hingga Era Modern
Kimchi bukanlah makanan yang lahir karena tren semata. Catatan sejarah menyebut bahwa teknik fermentasi sayuran dengan garam sudah ada sejak abad ke-9, pada masa Tiga Kerajaan Korea. Masyarakat kala itu mengawetkan sayur agar bisa bertahan melewati musim dingin panjang.
Menariknya, kimchi awalnya dibuat tanpa cabai merah. Cabai baru masuk ke Korea dari Amerika sekitar abad ke-16, lalu menjadi bahan utama yang membuat kimchi berwarna merah dan bercita rasa pedas khas. Pada era Dinasti Joseon, cabai merah mulai digunakan luas sehingga kimchi mendapat identitas barunya sebagai makanan fermentasi pedas nan menggugah selera.
Sekarang, tercatat lebih dari 200 variasi kimchi di Korea. Setiap daerah punya racikan khas, mulai dari kimchi lobak, kimchi daun bawang, hingga kimchi mentimun. Namun, kimchi sawi putih (baechu kimchi) tetap menjadi ikon yang paling dikenal dunia.
Resep Kimchi Ala Chef Rudy Choirudin: Sentuhan Lokal di Rasa Global
Membuat kimchi sendiri ternyata tidak serumit yang dibayangkan. Chef Rudy Choirudin menghadirkan resep kimchi sederhana yang tetap menjaga autentisitas Korea, tapi dengan sentuhan lokal agar lebih cocok di lidah orang Indonesia.
Bahan-bahan
Bahan 1
- Sawi putih ukuran besar, belah dua dan cuci bersih.
- Garam secukupnya, untuk melumuri sawi.
Bahan 2 (untuk bubur tepung beras)
- 1 ½ sdm tepung beras
- 300 ml air
Bahan 3 (sayuran dan lainnya)
- 200 gram wortel, potong korek api
- 200 gram lobak, potong korek api
- 100 gram daun bawang, potong serong
- 200 gram kembang kol, potong serasi
- 150 gram cabai hijau, belah dua
- Garam secukupnya, untuk melumuri sayuran
Bahan 4 (bumbu halus)
- 8 siung bawang putih
- 3 cm jahe
- ¼ buah bawang bombai
- 4 sdm gula pasir
- 8 sdm bubuk cabai Korea (gochugaru)
- 5 sdm kecap ikan Korea
Cara Membuat
Penggaraman Sawi Putih:
Cuci bersih sawi putih, lalu lumuri dengan garam hingga merata. Diamkan selama 2-3 jam hingga sawi menjadi layu. Setelah itu, bilas sawi dengan air bersih mengalir hingga garamnya hilang, lalu tiriskan hingga kering.
Membuat Bubur Tepung Beras:
Campurkan tepung beras dan air, aduk hingga rata. Masak di atas api kecil sambil terus diaduk hingga mengental seperti bubur. Angkat dan sisihkan.
Penggaraman Sayuran:
Lumuri wortel, lobak, daun bawang, kembang kol, dan cabai hijau dengan garam. Aduk rata dan diamkan selama 30 menit. Setelah layu dan berair, buang airnya, lalu cuci bersih dan tiriskan.
Membuat Pasta Bumbu:
Haluskan semua bahan 4 (bawang putih, jahe, dan bawang bombai). Campurkan dengan bubur tepung beras yang sudah dibuat, lalu tambahkan gula pasir, bubuk cabai Korea, dan kecap ikan. Aduk semua bahan hingga menjadi pasta yang kental.
Pencampuran:
Campurkan semua sayuran yang sudah ditiriskan (dari langkah 3) ke dalam wadah berisi pasta bumbu. Aduk rata hingga semua sayuran terlumuri bumbu.
Fermentasi:
Masukkan kimchi ke dalam toples kedap udara. Simpan di suhu ruang selama 1-2 hari agar terjadi fermentasi, lalu pindahkan ke dalam kulkas untuk memperlambat proses fermentasi. Kimchi akan semakin asam dan lezat setelah disimpan selama beberapa hari.
Selain mudah, resep ala Chef Rudy Choirudin ini memadukan otentisitas rasa Korea dengan keseimbangan cita rasa lokal. Perpaduan pedas, asam, dan gurihnya pas untuk lidah orang Indonesia. Tak hanya enak, kimchi juga kaya probiotik yang baik untuk pencernaan dan menunjang gaya hidup sehat.
Kimchi dalam Kreativitas Kuliner Modern
Kimchi kini tidak hanya disajikan sebagai banchan (lauk pendamping) di restoran Korea, tetapi juga menjadi bagian dari kreativitas kuliner modern, seperti topping pizza, campuran burger, hingga pelengkap ramen.
Bagi traveler yang berkunjung ke Korea, jangan lewatkan pengalaman mengikuti festival Kimjang atau mampir ke restoran lokal yang menyajikan kimchi buatan rumah. Sementara di Indonesia, semakin banyak restoran Korea di Jakarta, Bandung, dan Surabaya yang menawarkan kimchi segar sebagai bagian dari paket BBQ.
Dengan jejak sejarah ribuan tahun, manfaat kesehatan, dan fleksibilitas rasa, tak heran jika kimchi menjadi salah satu kuliner global paling ikonik saat ini. Mencicipinya berarti bukan hanya menikmati makanan, tetapi juga menyusuri perjalanan budaya Korea yang kaya tradisi.
Comments
Post a Comment