
KonekFood- Salah satu tantangan dalam proyek Makanan Bergizi Gratis (MBG) adalah makanan yang sudah tidak segar ketika sampai di tangan siswa. Keadaan ini bahkan pernah menyebabkan kasus keracunan. Pemerintah saat ini sedang mempertimbangkan penggunaan teknologi iradiasi agar hidangan MBG dapat bertahan lebih lama.
Teknologi iradiasi ini merupakan hasil inovasi dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang kini berubah nama menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Teknologi ini dikembangkan melalui penggunaan radiasi nuklir. Dengan paparan radiasi tersebut, mikroba dalam makanan dapat dihancurkan. Akibatnya, makanan dapat bertahan lebih lama, tetapi tetap aman untuk dikonsumsi.
Wakil Bidang Pemanfaatan Penelitian dan Inovasi BRIN R. Hendrian menyatakan bahwa pemanfaatan radiasi pangan tidak hanya berlaku untuk produk ekspor. Namun, juga dapat mendukung program makanan bergizi gratis serta pasokan logistik saat terjadi bencana di daerah terpencil. Termasuk dalam mendukung program MBG.
"Dengan penggunaan yang tepat, radiasi makanan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan dan penanganan darurat secara efisien," kata Hendrian (3/8). Ia menambahkan, agar memaksimalkan pemanfaatan teknologi ini, perlu dilakukan pemahaman lebih dalam bersama para pihak terkait. Standarisasi diperlukan, mencakup standar kualitas produk, standar dosis radiasi, serta standar operasional fasilitas radiasi. Selain itu, penting untuk menghubungkan pusat-pusat produksi pangan dengan daerah yang membutuhkannya.
Teknologi pengawetan makanan melalui iradiasi dilakukan di fasilitas Irradiator Gamma Merah Putih (IGMP) yang berada di Serpong. Proses ini menggunakan sinar gamma dengan dosis tertentu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keamanan makanan serta memperpanjang umur simpannya. Makanan yang telah diiradiasi dilengkapi dengan label Radura dan aman untuk dikonsumsi.
Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyambut positif pemanfaatan teknologi iradiasi dalam mendukung program MBG mereka. Ia setuju bahwa terdapat potensi penggunaan iradiasi makanan untuk mendukung program gizi nasional. Pendapat tersebut disampaikan Dadan saat menghadiri diskusi tentang pemanfaatan iradiasi makanan bersama jajaran BRIN di Tangerang Selatan, Banten.
Menurut Dadan, dalam mendukung program MBG, tantangan terbesar yang dihadapi BRIN adalah bagaimana menghasilkan produk olahan yang mampu bertahan selama dua hingga tiga hari agar tetap layak untuk dikonsumsi. Hal ini sangat penting khususnya pada bulan Ramadhan, ketika makanan harus diolah dengan cara tertentu agar tetap segar dan siap disajikan pada sore hari atau saat berbuka puasa.
Dadan pernah bertanya kepada tim di BRIN, apakah terdapat perbedaan komposisi gizi antara makanan yang diiradiasi dan yang tidak. Menurutnya, selama tidak ada perbedaan dan teknologi ini telah terbukti aman, Dadan menilai iradiasi sangat berpotensi digunakan dalam program makanan bergizi. "Jika tidak ada perbedaan, saya rasa ini merupakan hal yang positif dan jika masyarakat diberikan edukasi bahwa teknologi ini aman, maka iradiasi dapat dimanfaatkan dalam program makanan bergizi," ujar Dadan.
Comments
Post a Comment