
Masih jelas terukir dalam ingatanku mengenai hari Senin pagi yang gelap: bangun dengan kepala berat, tenggorokan sakit seakan digosok kertas ampelas, dan tubuh menggigil, meskipun jam dinding terus-menerus mengingatkanku untuk segera mandi dan pergi ke kantor. Saya menyerah pada situasi dan memutuskan untuk tidak masuk kerja agar bisa berobat ke klinik terdekat. Sebagai seorang mahasiswa kos, sakit adalah ujian paling berat.
Pengganggu utamanya? Tentu saja "pesta dosa" yang terjadi akhir pekan lalu. Saya memiliki kebiasaan untuk me-time di pagi hari Minggu dengan mencari camilan di Sunmor GOR Satria Purwokerto dekat kosan saya. Area sepanjang jalan menuju GOR ditutup agar para pedagang kaki lima dan pembeli seperti saya bisa berjumpa, melakukan transaksi jual beli. Namun masalahnya, saya sering tergoda untuk membeli berbagai jenis makanan berminyak secara berlebihan.
Siapa, sih, mahasiswa asrama yang bisa menahan godaan barisan telur gulung dan mendoan hangat yang baru diangkat dari wajan, dengan minyak yang masih menggelegar dan aromanya yang tercium hingga ujung jalan?
Saya sering kehilangan kesadaran diri, karena saya sudah memiliki penghasilan sendiri, saya bebas memilih makanan apa saja yang ingin saya beli tanpa perlu khawatir dimarahi ibu karena saya tinggal jauh dari rumah. Jika Sunmornya berada dekat dengan rumah, ibu saya pasti akan membatasi makanan apa saja yang boleh saya beli.
Akhirnya, ketika saya jatuh sakit, lidah saya menjadi kaku. Segala makanan yang dulu saya anggap lezat, kini terasa hambar. Bahkan menghadapi gorengan renyah yang biasanya jadi favorit, mencium baunya saja perut saya langsung mual seolah menolak keras.
Setelah saya pulih, rutinitas pagi hari Minggu tetap sama, yaitu mencari camilan di Sunmor. Di tengah langkah lambat saya mencari makanan yang ramah untuk perut, mata saya tiba-tiba tertarik pada sebuah gerobak di sudut jalan yang biasanya tidak pernah saya perhatikan. Tidak ada suara daging goreng di sana, yang terdengar hanyalah uap putih hangat yang bergerak lembut di udara. Ketika saya melewati gerobak itu, saya merasakan sesuatu yang baru.
Aroma steam yang tercium begitu hangat di hidung, seakan menghadirkan rasa nyaman bagi perut yang baru saja pulih. Bayangan saat saya sakit kemarin tiba-tiba muncul sekejap, membuat saya menyadari bahwa saya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Akhirnya, dompet saya pun terbuka untuk membeli satu porsi camilan steam ini. Pikiran saya sederhana saja: jika ada sesuatu yang lezat dan baik untuk kesehatan sebagai bekal kerja hari Senin, mengapa harus mencari masalah lagi?
Keputusan kecil itu seperti memberi saya kacamata baru. Tiba-tiba, mata saya melihat 'harta karun' yang sebelumnya tersembunyi di balik asap gorengan. Bukan hanya berbagai jenis kukusan, saya juga tertarik pada beragam jajanan sehat lainnya seperti buah segar, salad sayur, hingga minuman herbal yang tersusun rapi.
Berkenalan dengan Real Food
Saya pikir real food adalah makanan yang tidak diproses, diambil langsung dari alam (wajar saja saya bukan ahli gizi atau pakar kesehatan). Ternyata setelah saya mencari tahu lebih jauh, real food hanyalah istilah menarik yang maknanya adalah makanan yang bentuknya masih mirip dengan aslinya di alam, makanan yang minim pengolahan pabrik, dan bebas dari bahan kimia aneh.
Jika mengacu pada definisi sederhana itu, mata saya menjadi terbuka. Ternyata, banyak sekali pilihan makanan alami yang pernah saya temui tanpa menyadari di tengah keramaian Sunmor GOR Satria. Makanan seperti salad sayur atau minuman herbal yang selama ini saya anggap biasa saja, ternyata termasuk dalam kategori makanan sehat ini.
Hasil berburu saya di Sunmor GOR Satria ini sekaligus menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan asli tidak perlu mahal. Salad sayur hanya dijual dengan harga 10 ribu rupiah, paket buah juga 10 ribu rupiah, sementara berbagai jenis bubur sehat hanya 5 ribu rupiah. Hal ini sesuai dengan pedoman 'Isi Piringkudari Kementerian Kesehatan RI, Kemenkes sering kali mengingatkan kita untuk meningkatkan konsumsi makanan segar utuh dan mengurangi asupan gula, garam, serta lemak (GGL) yang biasanya tersembunyi di balik rasa gurih dari makanan gorengan tepung.
Makanan real food ini melengkapi saran yang diberikanKemenkesSeparuh piring berisi sayuran dan buah-buahan, sementara separuh lainnya terdiri dari makanan pokok serta lauk. Dengan demikian, ketika kamu memilih buah potong segar di tepi jalan dibandingkan gorengan yang disiapkan mendadak, kamu sebenarnya sedang menerapkan gaya hidup sehat yang dianjurkan pemerintah, hanya saja dengan biaya lebih murah.
Lalu jika semua orang membeli makanan segar, siapa yang akan membeli mendoan dan telur gulung? Pertanyaan ini terkadang muncul dalam pikiran saya. Ternyata, mengonsumsi gorengan tetap diperbolehkan selama porsinya tidak berlebihan dan seimbang dengan aktivitas fisik untuk membakar lemak jahatnya. Sementara makanan segar adalah kewajiban, gorengan mungkin hanya sebagai camilan (sekali-kali tidak masalah).
Kementerian Kesehatan merekomendasikan kegiatan fisik selama setidaknya 30 menit sehari. Kegiatan fisik ini juga disertai dengan mengonsumsi air putih sebanyak 8 gelas dalam sehari. Kesalahan saya dalam beberapa minggu terakhir adalah hanya fokus pada proses penyembuhan dengan mencari camilan Sunmor Gor Satria, setelah itu saya hanya tidur-tidur santai tanpa melakukan aktivitas fisik.
Sekarang semakin bertambah usia saya, saya menyadari bahwa konsumsi nutrisi harus seimbang dengan aktivitas fisik. Saya semakin giat berjalan kaki setiap hari, terutama ketika ingin pergi ke warung makan dan sesekali berenang dalam seminggu.
Pada akhirnya, menjadi anak kos yang sehat bukan berarti harus menolak sepenuhnya makanan gorengan atau berubah menjadi seseorang kaku yang hanya mengonsumsi sayuran rebus. Kuncinya adalah keseimbangan: mampu memilih makanan segar yang terjangkau sebagai bahan utama, tahu kapan harus mengontrol keinginan untuk makan gorengan, serta tidak malas bergerak agar dapat membakar kalori.
Anggaplah tubuh yang sehat sebagai aset paling berharga di tanah air, investasi jangka panjang agar kita tetap bisa berkarya (dan mencari keuntungan) tanpa terganggu oleh masalah kesehatan pada hari Senin. Mari, mulai menjadi pemakan yang cerdas sekarang!
Comments
Post a Comment