Petualangan Kuliner Legendaris di Cikini yang Menghidupkan Sejarah, Aroma Kota Tua, dan Sajian Ikonik Jakarta

KonekFoodCikini selalu memiliki cara untuk menyambut setiap orang yang lewat: melalui bangunan tua yang berdiri kokoh, keramaian yang tak pernah reda, hingga warisan kuliner yang bertahan melewati berbagai era.
Area ini bukan hanya sekadar titik pada peta Jakarta. Ia merupakan tempat di mana kisah masa lalu, kreativitas abad ini, dan kehangatan penduduk kota bersatu menciptakan suasana yang sulit ditemukan di tempat lain.
Pada episode terbaru, kanal YouTube Rumah Canda Melki mengajak penonton untuk kembali menjelajahi Cikini—mulai dari sejarah yang berkaitan dengan keluarga Raden Saleh, hingga makanan-makanan legendaris yang telah bertahan selama puluhan tahun dan tetap menjadi favorit penduduk ibu kota.
Dari gado-gado dengan saus khas, mi ayam tanpa papan nama yang selalu ramai, hingga nasi uduk yang kaya lauk menjadi favorit warga setempat; semuanya dihidangkan dalam perjalanan yang hangat, renyah, dan penuh kenangan.
Berikut rangkaian makanan khas yang dikunjungi Melki di wilayah Cikini.
1. Jejak Sejarah Cikini: Mulai dari Tanah Raden Saleh hingga Titik Pencakaran Seni dan Budaya
Perjalanan dimulai dengan penjelasan sejarah wilayah Cikini, yang dahulu merupakan bagian dari tanah warisan keluarga Raden Saleh, pelukis ternama Indonesia abad ke-19.
Rumah Raden Saleh dulu memiliki taman yang luas, yang pernah menjadi taman umum dan kebun binatang sebelum akhirnya dipindahkan ke Ragunan pada tahun 1960-an.
Di tengah perkembangan kota Jakarta yang semakin modern, jejak sejarah masa lalu masih terasa jelas.
Bangunan-bangunan tua, jalan-jalan yang teratur, serta ruang-ruang seni seperti Taman Ismail Marzuki, Museum Joang 45, hingga kantor pos lama yang berdiri sejak tahun 1920—semuanya menyimpan potongan-potongan sejarah yang menjadikan Cikini tetap memiliki ciri khas.
2. Gado-Gado Bonbin – Makanan Legendaris yang Ada Sejak Tahun 1960-an dan Tetap Berada di Tempat Sama
Makanan pertama yang dikunjungi adalah salah satu ikon Cikini: Gado-Gado Bonbin, yang namanya berasal dari "kebon binatang", mengacu pada sejarah tempat tersebut.
Dikenal sebagai gado-gado siram khas Jakarta, tempat ini telah beroperasi sejak era 1960-an dan tidak pernah berpindah tempat. Keistimewaannya terletak pada:
· sambal kacang yang lembut,
· diberi air secara langsung, bukan dihancurkan,
· campuran cuka aren yang memberikan rasa asam khas,
· lontong yang dimasak lebih dari 6 jam tanpa proses aron.
Satu porsi ditawarkan seharga kira-kira Rp48.400, lengkap dengan kerupuk dan sambal terasi yang harum, sehingga menambah kekhasan aromanya.
Melki menyebutkan hidangan gado-gado ini sebagai "tingkat berikutnya"—bumbunya merata, lembut, dan cocok dengan lontong yang memiliki tekstur benar-benar berbeda.
Bahkan dia mengakui "menyesal menghabiskannya" karena rasanya terlalu lezat.
3. Menjelajahi Jalan Cikini Raya: Suasana Intelektual dan Kreatif di Tengah Kota Lama
Setelah menikmati gado-gado, perjalanan dilanjutkan dengan melewati Jalan Cikini Raya hingga Pegangsaan Timur, kawasan yang terkenal sebagai pusat aktivitas budaya, intelektual, dan perkembangan seni di Jakarta.
Bangunan kuno dengan gaya kolonial, barisan kafe, serta interaksi penduduk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi pengunjung jalan-jalan.
Melki memanggil penonton untuk merasakan sensasi "kembali ke masa lalu" dengan berjalan perlahan sambil menikmati ciri khas wilayah tersebut.
4. Mie Ayam Gondangdia – Mie Ayam Legendaris Tanpa Papan Nama yang Selalu Ramai Pengunjung
Tidak lengkap menikmati kuliner di Cikini tanpa mampir ke Mie Ayam Gondangdia, salah satu ikon kuliner yang paling diminati oleh warga sejak puluhan tahun lalu.
Menariknya, lokasi ini sama sekali tidak memiliki papan nama. Hanya sebuah bangunan sederhana dan antrian yang panjang sebagai tanda.
Keistimewaan Mie Ayam Gondangdia antara lain:
· mie tipis berbentuk bergelombang dengan tekstur renyah khas,
· sauce asam khas yang sulit ditemukan di tempat lain, · saus asam khas yang jarang ditemui di daerah lain, · sauce asam unik yang tidak biasa ditemukan di tempat lain, · saus asam khas yang langka ditemukan di tempat lain, · sauce asam khas yang tidak umum ditemui di wilayah lain,
· kaldu yang jernih dengan rasa tradisional, · soupe bening dengan cita rasa klasik, · cairan bening yang memiliki rasa khas, · kuah jernih dengan rasa klasik yang khas, · kaldu jernih dengan citarasa tradisional.
· topping ayam, jamur, bakso, dan siomay yang renyah.
Harga memang sedikit mahal, tetapi rasa yang disajikan membuatnya tetap menjadi tempat favorit bagi penggemar mi Jakarta.
Melki langsung menyatakan bahwa mi ini adalah "mi ayam yang wajib dicoba sekali seumur hidup".
5. Menikmati Keindahan TIM dan Bangunan-Bangunan Terkenal Cikini
Area ini juga menjadi tempat tinggal bagi Taman Ismail Marzuki (TIM), pusat budaya yang telah melahirkan banyak seniman ternama Indonesia. Selain itu, terdapat pula:
· Museum Joang 45,
· Layanan Pos 24 Jam di Cikini,
· optik lokal pertama di Jakarta,
· sampai dengan toko roti Tan Ek Tjoan, salah satu toko roti paling lama ada di Indonesia.
Melki menekankan bahwa Cikini merupakan lokasi yang cocok bagi mereka yang ingin menikmati gabungan antara sejarah, seni, dan kehidupan perkotaan secara bersamaan.
6. Nasi Uduk Gondangdia – Favorit Warga dan Keluarga Melki
Sebagai penutup dalam rangkaian kuliner, Melki mengajak para penonton untuk mencoba Nasi Uduk Gondangdia, makanan kesukaan keluarganya sejak dulu.
Sajian berbentuk kerucut seperti tumpeng kecil, nasi uduk ini terkenal dengan aromanya yang harum dan tekstur yang lembut.
Pilihan lauknya melimpah, dari:
· ayam goreng,
· paru,
· pete,
· udang goreng,
· organ sapi dan ayam,
· hingga tahu-tempe.
Yang paling istimewa adalah dua jenis sambal—sambal merah dan sambal kacang—yang bila dicampur menghasilkan rasa pedas dan gurih yang sulit dijelaskan.
Melki menekankan bahwa jika memakan di sini, sebaiknya tidak terlalu menginginkan lauk yang digoreng kering, karena tekstur lembutnya justru menjadi ciri khas kelezatan nasi uduk ini.
Penutup: Cikini, Ruang Perasaan dan Cerita yang Tak Pernah Berubah
Jalan-jalan kuliner kali ini menunjukkan bahwa Cikini bukan sekadar suatu daerah, melainkan ruang yang penuh dengan kisah-kisah.
Ia menyimpan kisah yang besar, suasana seni yang dinamis, dan beragam hidangan yang telah bertahan melewati berbagai generasi.
Dari gado-gado siram yang ikonik, mi ayam tanpa nama yang selalu ramai, hingga nasi uduk tradisional yang menghangatkan jiwa—Cikini memanggil siapa saja untuk kembali berulang kali.
Dari perspektif Melki, kita memahami bahwa setiap sudut kota memiliki kisahnya masing-masing, dan setiap rasa yang kita alami merupakan bagian dari perjalanan tersebut.
Cikini menjadi bukti bahwa Jakarta tidak hanya terdiri dari bangunan tinggi, tetapi juga melibatkan rasa, sejarah, dan kenangan yang perlahan mengalir dalam ingatan.
Comments
Post a Comment