
KonekFood- Magetan kembali menjadi perhatian para penggemar kuliner Nusantara. Terletak di kaki gunung dengan pemandangan yang menenangkan, daerah ini tidak hanya menyajikan keindahan alam, tetapi juga berbagai hidangan khas yang autentik, terjangkau, dan penuh makna.
Melalui tayangan kanal YouTube RUMAH CANDA MELKIpenonton diajak menjelajahi pasar, warung lokal, hingga pusat kuliner legendaris yang menunjukkan betapa kaya rasanya di kota kecil Jawa Timur ini.
Reuni Teman Lama di Pasar Magetan
Perjalanan Melki dimulai dengan tugas mencari teman lama mereka, Isa Wahyu Prastano. Pencarian ini membawa mereka ke Pasar Magetan, di mana Isa sedang berbelanja untuk toko miliknya.
Di pasar ini, berbagai makanan tradisional Magetan ditampilkan dalam bentuk yang paling asli—mulai dari tahu dan tempe, tempe garit, hingga pelas kacang merah yang langsung menarik perhatian Melki.
Pengusaha pasar yang ramah memperkenalkan berbagai masakan khas, memberi kesempatan kepada Melki untuk mencoba pelas, tempe bungkus daun, hingga tahu parut campur kelapa yang menjadi pengganti nasi bagi masyarakat sekitar.
Lingkungan pasar yang dinamis langsung memberikan kesan kuat mengenai budaya makanan Magetan yang sangat terkait erat dengan kehidupan sehari-hari penduduk setempat.
Ayam Geprek Gandu: Rasa Legendaris Kota Kaki Gunung
Perjalanan dilanjutkan menuju pusat kuliner ayam panggang gandu—iklan Magetan yang terkenal dengan cara memanggang yang khas.
Ayam kampung dipanggang menggunakan wajan tanpa terkena api langsung, menghasilkan aroma khas dan tekstur yang tetap lembut.
Di sebuah kafe yang sering dikunjungi oleh penduduk setempat maupun para pengunjung, Melki dan Isa mencoba dua jenis utama:bumbu rujak dan bumbu bawang.
Sebagai pelengkap, tersedia juga lalapan, botok, pelas, serta terong segar yang memperkaya pengalaman makan tradisional.
Selain itu, sambal bawang, sambal rujak, serta sambal matah lokal menjadi daya tarik khusus bagi penggemar rasa pedas.
Berdasarkan keterangan pemilik toko, penjualan mampu mencapai300–400 ekor ayam setiap harinya, dan meningkat dua kali lipat selama masa libur atau lebaran. Angka yang menunjukkan betapa besar antusiasme masyarakat terhadap hidangan ini.
Warung "Eropa": Menu Sungai yang Menggugah Selera
Nama yang menarik membuat Melki tertarik: Warung Eropa—bukan sebuah benua, tetapi julukan yang mudah diingat oleh pelanggan.
Warung ini menyediakan hidangan utama berupaudang kali, wader, dan ucengyang digoreng renyah dengan bawang putih dan disajikan bersama sambal tomat segar.
Kerupukan tekstur dan segarnya bumbu membuat Melki memberikan penilaian tinggi terhadap setiap hidangan yang ia coba.
Keramaian dan kehangatan di dalam warung semakin memperkuat posisi tempat ini sebagai salah satu destinasi kuliner yang harus dikunjungi di Magetan.
Jenang Campur: Rasa Manis Lembut yang Harus Dicoba
Tidak lengkap berkunjung ke Magetan tanpa mencoba jenang campur di Jalan Sawo—makanan khas yang hanya tersedia beberapa jam sehari.
Teksturnya lembut, rasanya mirip dengan bubur sumsum tetapi jauh lebih halus, sehingga Melki langsung menyebutnya sebagaisalah satu jenang terenak yang pernah ia coba.
Jalan Sawo terkenal sebagai pusat industri kerajinan kulit Magetan, sehingga para pengunjung dapat sekaligus mencari oleh-oleh seperti tas, dompet, ikat pinggang, hingga jaket kulit sapi dan domba dengan harga yang murah.
Masakan, Teman Lama, dan Keindahan Kota
Perjalanan diakhiri dengan kunjungan singkat ke Telaga Sarangan, ikon pariwisata Magetan yang selalu menarik minat para pengunjung.
Dari pertemuan teman lama, suasana pasar yang hangat, hingga makanan kaki gunung yang menggugah selera—eksplorasi Melki menunjukkan bahwa Magetan adalah kota kecil dengan berjuta rasa yang luar biasa.
Magetan tidak hanya memuaskan rasa, tetapi juga menyajikan pengalaman makan yang menggugah perasaan: kenangan masa lalu, kehangatan penduduk setempat, serta cita rasa yang autentik.
Comments
Post a Comment